URUSAN ranjang terkadang menjadi pemicu perselisihan dalam rumah tangga hingga berujung perceraian. Hal itu pula yang nyaris terjadi pada pasangan Minah (26) dan Mi’un (29), keduanya nama samaran. Gara-gara suami suka membantah, Minah pasti mengancam tidak akan memberi jatah. Jatah apa tuh? Soal itu, hanya Minah dan sang suami yang tahu? Eeeaaaa. Penasaran kan? Kita simak ceritanya dari awal yuk!.
Minah sebelum menikah menyandang status janda beranak satu, sementara Mi’un perjaka tulen. Pengakuannya sih begitu. Namun, posisi Minah berada di atas angin di dalam rumah tangga ketimbang Mi’un. Maklum, Mi’un lah dari awal yang naksir berat kepada sang janda mencrang. Meski berstatus janda ditinggal mati suami, penampilan Minah begitu memesona. Siapa pun yang memandang, karisma Minah bakal memancarkan sinarnya. Membuat lelaki hidung belang mana pun, akan merasa kagum dan bangga bisa memiliki istri se-aduhai Minah.
Rambut Minah panjang terurai, kulit putih bersinar, mata besar bak aktris india, hidung bangir, serta postur tubuh ideal. Pokoknya, sosok Minah mendekati sempurna. Berbeda dengan Mi’un, sudah muka pas-pasan, berkulit hitam, statusnya juga pengangguran. Eit dach, lengkap deritamu Bang Mi’un.
Diungkapkan Minah, suaminya menang di tampilan doang. Meski orangtuanya hanya pengusaha kecil-kecilan, tetapi cukup untuk menopang kehidupan Mi’un menjadi orang yang serba berkecukupan. Kondisi itulah dijadikan modal oleh Mi’un untuk menggaet para wanita. Itu pula yang dijadikan alasan Minah mau menjadi gebetannya, serta bersedia menerima lamaran Mi’un menjadi pendamping hidup selamanya.
“Namanya juga janda, udah enggak ada yang bisa diharapkan. Pas ada peluang, ya itu Bang Mi’un, sayang kalau disia-siain. Asalkan dia serius, sayang sama anak, terus anak ada yang ngasih makan, udah cukup buat aku,” ungkapnya. Oh so sweet.
Awal pertemuan Minah dan Mi’un terjadi begitu singkat. Minah mengisi hari-hari menjandanya dengan berprofesi sebagai SPG. Mi’un yang tak sengaja melihat Minah di pusat perbelanjaan, langsung kepincut sejak pandangan pertama 1,5 tahun silam. Seketika itu, Mi’un langsung mengajak berkenalan dan melakukan pendekatan dengan meminta nomor ponsel serta alamat rumah untuk lebih mengetahui pribadi Minah.
Melalui teman dekat Minah yang juga kenal dengan Mi’un, terungkaplah bahwa Minah berstatus single KW alias janda. Mengetahui kebenaran itu, tak butuh waktu lama bagi Mi’un menyatakan hasratnya kepada Minah. “Sebetulnya, Bang Mi’un tuh enggak banget. Cuma pas kenalan dia bawa mobil, handphone-nya juga bagus. Pastinya bukan orang sembarangan. Makanya mau,” ujarnya. Yaelah, ternyata materialistis juga.
Kebetulan Minah yang tak tahan lama menjanda, hampir satu tahun merasa tak tahan akan belaian sang jantan. Gayung bersambut, secara kebetulan Mi’un siap lahir batin untuk mengukir kisah baru bersama Minah. Sampailah mereka pada prosesi pernikahan. Beruntung, kedua pihak keluarga tidak ada yang menentang sehingga pernikahan mereka berjalan lancar.
Namun, Minah mengakui jika selama berumah tangga tak pernah memuaskan hasrat Mi’un. Awal-awal rumah tangga sih iya, wajar masih hangat-hangatnya. Hal itu tak lain dipicu sikap Mi’un yang tidak menunjukkan rasa hormat kepada orangtua Minah, selain sifat Mi’un yang semakin pemalas setelah menikah. Setiap ketemu orangtua Minah, entah kebetulan atau sengaja, selalu melihat posisi Mi’un sedang telentang tertidur pulas. Itu karena, hobi Mi’un yang tak keruan. Yakni, sering bergadang bersama teman-teman mainnya setiap malam. Situasi itu, kerap membuat orangtua Minah geram setiap hendak menengok cucunya. Apalagi, sejak usaha orangtua Mi’un mengalami pailit alias gulung tikar, Mi’un semakin tidak bisa diandalkan untuk menghidupi keluarga Minah.
“Kang Mi’un enggak ada kerjaan di rumah. Molor saja. Dulu juga cuma ngandalin nafkah dari orangtuanya. Sekarang, pas bapaknya bangkrut, semua barang-barang berharganya, ludes dia jual. Mobil motor dia gadein semua sampai enggak kebayar,” keluhnya. Sabar Teh.
Lebih menjengkelkan lagi, Mi’un di depan orangtua Minah tak beretika, tak pernah menunjukkan rasa hormat. Setiap dinasihati orangtua Minah untuk mencari kerja atau setidaknya beres-beres di rumah agar menjadi orang yang bermanfaat, tak pernah didengar, pasti dibantah Mi’un.
Lantaran itu, Minah geram hingga muncul nada ancaman yang tidak biasa, keluar dari mulut Minah. “Kalau ngebantah aku atau orangtua misalnya, ya enggak aku kasih jatah,” ancamnya. Jatah apa tuh? “Ya, Kang suka pura-pura ah. Aku cueki saja malamnya. Bodo amat maksa-maksa juga, aku pasti tolak. Kadang suka pura-pura tidur atau ngomong capek aja,” ulasnya. Oh begitu. Kasihan dong.
Lamanya kondisi rumah tangga mereka begitu, sempat membuat pikiran Mi’un yang mulai tak sanggup menahan libidonya tak keruan. Hingga akhirnya, membuat Mi’un berbalik berani mengancam Minah. Yaitu, akan jajan sembarangan jika sudah tidak lagi diberi jatah oleh Minah. Namun, Minah tak pernah menghiraukan ancaman Mi’un yang dinilainya tabu itu. Maksud Minah mengancam begitu (tak memberi jatah), biar Mi’un tahu diri dan mau berbuat sesuatu untuk membahagiakan anak istrinya. Bukannya terbuai dengan masa lalunya yang terlalu dimanjakan dengan harta orangtua.
“Aku cuek saja, karena tahu Kang Mi’un itu enggak bakal berani jajan. Dia takut kehilangan aku. Apalagi, posisinya lagi enggak menguntungkan. Udah enggak punya apa-apa, kerja juga enggak. Paling sesekali saja kerja serabutan, itu juga kalau ada yang ngajak,” tukasnya. “Ya semoga saja, dengan enggak dikasih jatah bisa bikin Kang Mi’un berubah, terus mau dan semangat cari nafkah,” harapnya. Amin. (Nizar S/Radar Banten)