KEHIDUPAN Tuti (39), nama samaran, sepintas tampak sempurna. Yakni, mempunyai suami yang usianya lebih muda, gagah, tampan, serta mapan seperti Tedi (34), juga nama samaran. Padahal dibalik itu, rumah tangga Tuti tak henti diterjang badai cobaan. Masalahnya, hanya kelainan seksual suami terlampau tinggi alias hiperseks.
Seperti tak kenal waktu, tempat, dan tak tahu kondisi. Tedi kalau sudah kepengin, mana tahan. Keganasan Tedi di atas ranjang tak bisa ditepis Tuti. Seketika ia bisa langsung membuka rok Tuti tinggi-tinggi dan menyerang dari setiap lini, layaknya strategi jitu bermain sepak bola ala klub Chelsea. Apalagi, sehabis minum minuman keras yang menjadi kebiasaan usai berkumpul dengan temannya, sehari Tedi bisa ngajak ML lebih dari lima kali. Ibarat kata, belum juga Tuti sempat pakai baju, sudah pakai baju baru lagi. Astaga. “Mas Tedi kalau sudah pengin begituan, enggak banyak cincong (bicara), langsung main gasak aja. Bergerilya kemana-mana, ya main ataslah, main bawah, sampai nge ‘cor’ sambil berdiri juga jadi,” ungkap Tuti yang mengaku selalu merasa kewalahan setiap dibelah-belah Tedi. Ummhhh Yummiiii!
Sebelum menikah, Tuti memang tahu kebiasaan buruk Tedi semenjak pacaran. Terlebih, keinginan Tuti mendapatkan hati Tedi sudah direncanakan sejak pertama kali bertemu. Tedi tak lain adalah adik teman kuliahnya Tuti, sebut saja Tini. Tedi saat itu masih berseragam SMA. Entah mengapa, Tuti yang dikenal playgirl di kampusnya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Tini sempat melarang. Namun, tak digubris Tuti yang mengagumi kegantengan Tedi, selain berasal dari keluarga berada alias tajir. Ternyata warning yang disampaikan Tini bukan ditujukan kepada Tedi bakal terjebak rayuan maut Tuti, melainkan mengingatkan Tuti agar berhati-hati terhadap adiknya. Tini hafal betul akan sifat buruk Tedi yang justru bisa menggerogoti status playgirl Tuti. Aummm. “Tadinya, saya yang akan ngajarin dia pacaran anak dewasa. Eh, malah sebaliknya, dia (Tedi) lebih parah. Masih SMA, tapi soal seks jangan ditanya,” ungkapnya.
Mengetahui hal itu, Tuti justru semakin tertantang. Singkat cerita, Tedi merespons perhatian Tuti yang memang sejak awal menaruh hati sampai akhirnya mereka pacaran. Tak butuh waktu lama untuk keduanya mengenal satu sama lain lebih dalam. Diselangi perbincangan awal, hanya butuh satu jam setelah jadian keduanya yang memang sudah handal secepat kilat langsung main kamar. Belesat,,,maaf acaranya di sensor dulu ya! Hehehe.
Awal pertama berbuat tak selayaknya orang pacaran, keduanya ketagihan. Hampir setiap bertemu mereka habiskan untuk bermesraan di kamar kosnya Tuti. Kadang di rumah Tedi ketika orangtuanya tak ada di rumah karena sibuk bekerja. “Ya, gitu deh. Saya memang sengaja mau begitu tanpa pengaman biar hamil dan dinikahi Mas Tedi,” akunya. Ow ow ow. Berarti sama yang lainnya sering juga ya Mbak pakai pengaman? “Mas nih kayak enggak pernah ngerasain anak muda saja,” ujarnya dengan muka mesem. Buset!
Mengetahui Tuti hamil, Tedi kaget dan sempat menolak mati-matian menikahi Tuti dengan alasan masih berstatus pelajar sehingga belum siap berumah tangga. Tak terkecuali Tini, yang juga ikut marah besar karena Tuti tidak mendengar nasehat temannya itu. Pertengkaran di antara Tuti dan Tedi pun tak terhindarkan. Bahkan, Tedi cenderung selalu menghindar karena merasa sudah biasa menggagahi perempuan. Pengakuan Tedi ternyata tak mengurungkan niat Tuti untuk terus maju membangun bahtera rumah tangganya dengan Tedi. Atas desakan kedua orangtua, akhirnya mereka dinikahkan untuk menutupi rasa malu keluarga di mata tetangga. “Akhirnya kita nikahlah, kepaksa juga,” ujarnya.
Dari pemberian orangtua dan dibangunkan tempat tinggal, Tedi mampu menghidupi Tuti. Sikap Tedi yang semakin kasar terhadap Tuti sejak pernikahan, untungnya tak melunturkan rasa haus birahi Tedi. Malah, Tedi semakin Beringas. Awal-awal menikah, Tuti menyanggupi segala permintaan Tedi. Namun, seiring usia pernikahannya terus bertambah dengan kondisi perut Tuti juga yang semakin buncit, rupanya libido Tedi semakin over menunggang kaki. Tuti mulai kewalahan dan tak mampu lagi menghadapi Tedi yang suka kelamaan beradegan ranjang, sampai berjam-jam. Apalagi, Tedi kerjaannya hanya bantuin orangtuanya di bidang wirausaha. Jadi, kapan pun birahinya memuncak, bisa pulang sesuka hati. Di otak Tedi yang ada hanyalah bagaimana caranya agar kebutuhan biologisnya selalu terpenuhi. “Kalau enggak dilayani, tambah salah. Tapi, capek juga, setiap pulang ke rumah, penginnya langsung gituan. Habis mandi suka minta lagi, hadeuh,” keluhnya. Jangankan yang capek ya Mbak, yang enak aja ternyata ngos-ngosan.
Ketidaksanggupan Tuti memuaskan nafsu birahi Tedi, malah membuat Tedi semakin liar. Tedi jadi doyan jajan (main perempuan) di luar. Bahkan, beberapa kali aksi Tedi kepergok. Namun, perbuatan bejat Tedi tak disikapi negatif oleh Tuti. Justru, Tuti memakluminya dan tak sedikit pun terpikir untuk menggugat cerai Tedi. Tuti menganggap semua yang terjadi adalah kesalahannya sendiri, karena sudah menjebak Tedi yang masih bau kencur untuk menyandang status suami. ”Salah saya juga enggak bisa bikin puas suami. Niat memperdaya, eh malah kayak cicak makan buaya,” katanya.
Setelah anak mereka lahir bahkan sekarang beranjak remaja, Tuti mulai berusaha memberikan kepuasan terhadap Tedi demi menjaga keutuhan rumah tangga. Meski disadari Tuti bahwa kelakuan Tedi sampai saat ini masih menjadi-jadi terhadap perempuan lain di belakangnya. “Ya sabar aja. Atas saran medis, sekarang saya rajin olahraga dan banyak minum biar stamina terjaga supaya memuaskan suami dan biar dia betah di rumah juga,” pungkasnya. Ya, selamat berusahalah Mbak. Tetap semangat aja! (Nizar S/Radar Banten)