ADA seorang perempuan cantik. Rautnya menawan, bibirnya tipis, hidungnya mancung, kulitnya putih, rambutnya panjang dan lurus. Sebut saja namanya Juleha, bukan nama sebenarnya. Dia tinggal di salah satu kampung di Kota Serang.
Juleha selalu menjadi buah bibir ibu-ibu dan laki-laki di kampungnya, bahkan tetangga kampungnya juga tidak sedikit yang tahu tentang Juleha. Perempuan doyan selingkuh adalah julukan yang diberikan ibu-ibu tukang gosip kampungnya.
Juleha sudah menikah tiga kali dan memiliki dua anak. Saat ini dia sedang mempersiapkan pernikahannya yang keempat. Usia pernikahannya tidak pernah panjang, paling panjang hanya tiga tahun. Begini cerita tentang Juleha yang suka kawin itu.
Juleha menikah pertama kali dengan laki-laki bernama Ujang (nama samaran). Pernikahannya hanya bertahan dua tahun. Dalam kurun waktu tersebut mereka dikaruniai anak perempuan.
Juleha tidak tahan hidup serba kekurangan bersama Ujang. Ujang hanya bekerja sebagai tukang ojek. Penghasilannya hanya cukup buat makan, sedangkan kebutuhan make up-nya tidak terpenuhi.
Juleha selingkuh dengan mantan pacarnya, sebut saja namanya Kurdin. Sampai akhirnya, Ujang memergoki istrinya dengan selingkuhannya di Pantai Anyer. Ujang menceraikan Juleha. Anak mereka tinggal di rumah orangtua Ujang.
Selang beberapa bulan, Juleha menikah dengan Kurdin. Kurdin bekerja di salah satu pabrik di Serang bagian Timur. Juleha merasa hidupnya lebih baik. Kebutuhan pribadinya tercukupi. Di usia pernikahannya yang kesepuluh bulan, Juleha melahirkan anak perempuan. Produktif sekali Juleha.
Kebahagiaan mereka bertambah dengan adanya anak. Tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Usia pernikahan mereka hanya tiga tahun. Kurdin dipecat dari perusahaan di mana dia bekerja. Beberapa bulan Kurdin menganggur, kerjaan baru belum menghampirinya karena dia tidak berusaha keras mencari pekerjaan baru. Juleha merasa hidupnya kembali sengsara seperti ketika menjadi istri Ujang. Akhirnya, Juleha meminta cerai kepada suaminya. Dengan berderai kesedihan Kurdin mengabulkan permintaan cerai istrinya.
Anak mereka dibawa Juleha ke rumah orangtuanya. Orangtua Juleha senang-senang saja mengasuh cucunya, apalagi cucunya ini imut seperti Juleha kecil. Juleha kembali tinggal di rumah orangtuanya.
Setelah perceraian itu, Juleha banyak kedatangan laki-laki di rumahnya. Bahkan banyak yang menyatakan siap melamar jika Juleha mau menikah dengannya. Juleha meminta profil kepada para laki-laki yang datang ke rumahnya. Selembar kertas selalu dia sodorkan kepada tamunya. Tamu-tamu itu dengan senang hati mengisi kertas itu dengan profil mereka. Isi profil itu mulai dari nama, alamat, pekerjaan, sampai status sudah menikah atau belum.
Sudah ada sepuluh profil laki-laki di tangannya. Dia memilih laki-laki yang kaya atau pekerjaannya berpenghasilan cukup untuk kebutuhan menjaga kecantikannya, bahkan jika bisa bertambah cantik.
Akhirnya Juleha memilih laki-laki duda beranak dua, sebut saja namanya Kusnadi, dia ditinggal mati istrinya setahun lalu. Kusnadi berprofesi sebagai bos agen ikan di Pasar Rau. Rumahnya bertingkat dua.
Mereka segera melangsungkan pernikahannya. Resepsinya berlangsung mewah di rumah Juleha. Musik dangdut dari panggung megah tidak pernah berhenti dari pagi hingga tengah malam. Tidak tanggung-tanggung, artis ibu kota diundang untuk menghibur tamu-tamu pernikahan itu.
Baru kali itu Juleha merasakan pernikahannya dirayakan dengan heboh. Dia merasa jadi ratu tercantik dalam pernikahannya. Semua peralatan dan aksesori dalam pernikahan serba mewah.
Setelah pernikahan itu, setiap seminggu sekali Juleha shopping ke mal, bahkan bisa seminggu dua kali. Dandannya semakin hebring, dia tidak ingin ketika keluar rumah tanpa berpakaian yang bagus.
Juleha meminta kepada suaminya untuk tidak hamil dulu, program KB pun mereka lakukan. Awalnya Kusnadi menolak keinginan istrinya, namun karena istrinya terus memaksa, akhirnya dia menyetujui permintaan istrinya.
Selama tahun pertama usia pernikahan mereka, Kusnadi masih senang-senang saja melihat istrinya selalu tampil cantik dan mewah. Namun keuangan Kusnadi makin hari makin menipis, tabungannya pun semakin berkurang. Juleha memang sudah banyak memakai uangnya untuk shopping di mal dan untuk kumpul-kumpul dengan teman-temannya.
Kusnadi sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan istrinya. Secara baik-baik dia berbicara dengan istrinya untuk lebih menghemat pengeluaran.
“Kang, aku kan begini juga untuk kesenangan kakang. Biar kakang selalu bahagia melihat aku selalu cantik,” begitu komentar Juleha.
Kusnadi terdiam. Mereka kembali menjalani rumah tangga seperti semula. Sampai akhirnya Kusnadi terjerat hutang ke bank, rumah dan hartanya disita bank.
“Kita sudah miskin, Ha,” ratap Kusnadi kepada Juleha. “Kakang tidak lagi bisa memenuhi kebutuhan kita.”
“Iya. bagaimana sih Kakang ini, bisa-bisanya semua harta kita disita gitu,” kata Juleha dengan nada ketus.
“Iya maaf, Ha. Ya sudah, Kakang tidak mau membebani Juleha, Kakang cerai Juleha,” ucap Kusnadi.
Mereka menangis. Talak sudah diucapkan. Juleha tidak bisa apa-apa.
Juleha kembali hidup dengan orangtuanya. Dandannya kembali biasa saja, hidup mewahnya sudah hilang. Tapi kecantikannya tidak hilang, dia tetap menarik bagi laki-laki.
Laki-laki kembali berdatangan ke rumahnya. Sekarang dia lebih selektif memilih calon suami. Dia tidak ingin lagi gagal keempat kalinya dalam membina rumah tangga. Kriteria yang dia terapkan untuk calon suaminya tidak lagi yang muluk-muluk. Kini dia ingin hidup sederhana dengan suami yang mencintainya dan keluarga. (Bari-PPL/Radar Banten)