ADA peribahasa mengatakan, ‘nila setitik, rusak susu sebelangga’. Artinya, kesalahan sedikit saja bisa menghapus semua kebaikan yang pernah kita buat seumur hidup. Seperti halnya yang dialami Entis (33), bukan nama sebenarnya. Hingga saat ini, Entis berkata jujur pun, sudah tidak ada artinya bagi sang istri, sebut saja Isah (32).
Ya, tujuh tahun membangun bahtera rumah tangga, kehidupan Entis yang menjalankan usahanya menjual sembako pada sebuah ruko di Serang ini pun, terasa sia-sia. Soalnya, pria bertubuh kurus itu, selalu dihantui rasa curiga istrinya. Hanya karena Entis sekali-kalinya pernah mengkhianati Isah yang menjalani profesi sebagai guru honorer.
Namun, sepertinya perasaan itu masih terngiang di telinga Isah. Walaupun Isah sudi memaafkan, tidak mengurangi rasa curiga Isah yang tak henti-hentinya terhadap sang suami. “Ya, padahal cuma sekali, itu juga khilaf,” ungkap Entis. Khilafnya kebablasan kali Kang? Hehehe.
Diceritakan Entis, dia pernah berselingkuh dengan konsumen yang biasa membeli barang dagangannya sekira tiga tahun lalu. Seperti biasa, Entis selalu mencandai setiap konsumen yang datang ke tokonya. Terutama terhadap perempuan. Apalagi, perempuannya masih muda, entah itu perawan atau janda. Sudah barang tentu, Entis mendadak bertingkah genit.
Tak dinyana, tingkahnya itu mendapat respons dari salah satu pelanggan. Awalnya, sang pelanggan, sebut saja Sri yang dua tahun lebih muda darinya, hanya meminta bonus belanja. Entis yang memang haus pujian, langsung mengiyakan permintaan Sri. Sehingga, kebijakan tak lazim itu, mendapat empati dari perempuan berkulit putih dan bohay yang mengaku masih berstatus janda tersebut.
“Tadinya, saya cuma iseng. Eh, dia malah muji-muji saya. Terus, saya coba-coba minta nomor ponsel, dia langsung kasih dan langsung misscall gitu buat mastiin kalau itu nomor handphone saya,” terangnya.
Sejak itu, di belakang Isah, Entis dan Sri mulai ada main. Keduanya mengawali hubungan melalui komunikasi di ponsel. Merasa nyambung, baik Entis maupun Sri mulai nyinggung-nyinggung ingin ketemuan. Seperti biasa, untuk menyambungkan pembicaraan dan demi meraih simpatik, keduanya saling menyudutkan pasangan masing-masing. Seperti Entis pengakuannya kepada Sri, kalau ia rada-rada kurang suka dengan sikap istrinya karena sering ngatur-ngatur, terutama masalah keuangan. Sebaliknya, Sri mengaku, kalau bercerai dengan suaminya gara-gara mantan suaminya temperamental yang dihubung-hubungkan dengan kasus perselingkuhan.
“Ya, biasalah Kang, kalau saya bagus-bagusin istri, bisa-bisa obrolan kita enggak bakalan lama,” ujarnya sambil mesem-mesem.
Diakui Entis, itu pertama kalinya dia berlaga bak buaya yang siap melahap mangsanya sejak menikah dengan Isah. Sebelumnya, Entis mengaku, semasa bujangan sering ganti pasangan. Namun, sudah lama sifat itu ia tinggalkan demi cintanya kepada Isah dan utuhnya rumah tangga.
Entah kenapa, perilaku negatif itu tumbuh lagi, setelah rumah tangga mereka dikaruniai anak pertama. Anak pertama Entis, seorang laki-laki yang kini sudah memasuki sekolah dasar.
“Mungkin, waktu itu saya mikirnya kalau punya anak laki-laki, enggak bakalan kena karma. Beda sama anak perempuan,” katanya.
Singkat cerita, Entis dan Sri pun mulai bermain api. Mereka menjalin asmara di belakang Isah. Entis memanfaatkan waktu berselingkuh dengan Sri ketika Isah punya jadwal mengajar di sekolah.
Selama sebulan berjalan, misi Entis berjalan lancar dan aman. Isah tak pernah curiga. Hanya sedikit keheranan dengan keuntungan dagang yang terus berkurang setiap hari. Terlebih Entis, sudah diskusi dengan Sri, selingkuhannya dan berkomitmen agar menghubunginya saat jam kerja istrinya.
Di luar itu, misalkan malam atau pagi-pagi sekali dipastikan dilarang Entis. Lamanya berhubungan dan mulai mendalam, perasaan Sri mulai tidak keruan. Begitu pula dengan Entis yang hanyut dalam buaian Sri.
“Enggak tahu ya, waktu itu saya nyaman saja sama Sri. tetapi, saya enggak mau meninggalkan Isah,” kilahnya.
Tampaknya, rencana Entis tidak berjalan sesuai visi misinya. Tadinya, Entis hanya mau menjadikan Sri sebagai pelipur lara, ketika Entis merasa jengah di rumah. Namun, sepertinya Sri sudah main hati dan tak rela lama-lama digantung.
Akhirnya, Sri sedikit demi sedikit memberanikan diri membuka aibnya kepada publik, terlebih kepada istri Entis. Sri mulai nekat menelepon Entis saat Isah sedang di rumah. Tak direspons Entis, Sri memberikan pesan singkat dengan nada ancaman. Ancaman Sri begini, ‘Kalau kamu enggak mau jujur sama istrimu kita ada hubungan dan punya rencana nikah, saya yang akan ngomong sendiri’. Artinya, Sri sudah siap dipoligami.
Sikap panik Entis pun akhirnya menimbulkan kecurigaan Isah yang tadinya hanya bersikap biasa saja. Sampai akhirnya, tanpa di luar kesadaran Entis ketika sedang tidur terlelap, Isah sepertinya sudah punya rencana untuk membuka-buka ponsel Entis. “Akhirnya, ketahuan juga. Isah enggak marah, malah minta saya memilih. Tentu saja, saya memilih istri dong. tetapi, istri minta saya segera menyudahi hubungan saya dengan Sri,” jelasnya.
Entis pun langsung mendatangi Sri dan mengakhiri hubungan terlarangnya. Sri tentu marah besar, tetapi Entis tetap tidak mau menerima Sri dan mulai menjauhkan diri dari Sri hingga berganti nomor ponsel. Entis pun kembali ke pelukan istrinya.
Hanya dari situ, Isah bawaannya selalu curiga kalau Entis ada apa-apa dengan wanita lain. Ke mana pun Entis pergi, pasti ditanya-tanya yang bukan-bukan. Bahkan, sampai mereka sudah memiliki dua anak. Apalagi, anak kedua Entis dan Isah perempuan. Seperti ke warung saja, sekadar membeli rokok, pertanyaan Isah begini ‘Dari mana Kang. Ingat dosa, anak kita juga perempuan’. Kalau sudah begitu, Isah bawaannya manyun saja di rumah.
“Isah khawatir kalau kelakuan suaminya bisa karma ke anak saya. Padahal, salah saya cuma sekali, tetapi cemberutnya enggak berhenti-berhenti, capek deh!” katanya. Tuh kan! Masih banyak lagi pertanyaan Isah yang selalu mencurigai Entis setiap ke mana pun. Beruntung, kehidupan mereka sejahtera sehingga perselisihan tidak sampai berlarut-larut. Hanya, ketika Entis bepergian saja.
“Padahal, demi Allah pas semenjak putus sama Sri, saya sudah mengubur dalam-dalam sifat playboy saya. Saya sudah tobat dan mau mengurus anak istri benar-benar,” tegasnya. Ya mudah-mudahan saja pernyataan abang benar. Amin. (Nizar S/Radar Banten)