SEMAKIN dicurigai, Didin (35), bukan nama sebenarnya, malah semakin sengaja mencari perkara. Prinsip itu mulai ditanamkan pria berambut cepak itu karena sudah tak kuat lagi mendengar ocehan istrinya, sebut saja Ipah (32).
Sikap Ipah yang mempunyai rasa cemburu berlebih terhadap suaminya memang sudah tidak wajar. Ke manapun, di manapun, kapanpun, Didin selalu dicurigai Ipah. Wanita ini menganggap Didin di tiap kesempatan selalu punya niat main hati dengan perempuan lain. Ow ow ow.
Kondisi itu pun membuat rumah tangga Didin tak tenang. Hampir setiap hari keduanya kerap terlibat percekcokan. Hanya gara-gara Ipah salah paham dan selalu menilai negatif terhadap pria berkulit sawo matang tersebut.
“Gerah dengarnya dicurigai terus sama istri. Makanya, sekarang disengajakan saja, tanggung,” keluhnya. Sabar Om.
Jika dirunut ke belakang, memang sudah sewajarnya Ipah selalu curiga. Soalnya, Didin mengaku sebelum menjalani hubungan dengan Ipah, sudah banyak wanita lain yang hinggap lebih dulu di hatinya. Intinya, pada saat mereka jadian, Ipah itu bukan satu-satunya dambaan Didin. Kondisi itu diketahui bahkan dipahami Ipah.
Namun, dulu seolah Ipah tak peduli dengan sikap playboy Didin. Yang pasti, Ipah mau melanjutkan hubungan dengan status pacar kesekian karena berada di dekat Didin terasa nyaman, berbeda dengan lelaki lain kebanyakan. Lantaran itu, Ipah mau menerima hubungan tanpa status (HTS) dengan Didin.
“Memang, dulu saya enggak terlalu fokus pacaran. Saya anggap main-main saja sejak dikhianati pacar pertama. Dari situ, saya mau fokus kuliah saja,” terang Didin mengenang masa mudanya.
Nah, saat Didin menerima untuk menjalani hubungannya dengan Ipah, statusnya juga sudah punya pacar. Malah, pacar Didin saat itu jumlahnya lebih dari setengah lusin. Sikap tidak takut diputuskan pacar karena ketahuan selingkuh diemban Didin karena tidak mau merasa sakit hati lagi. Lantaran itu, setiap kali berpacaran, Didin tak pernah main hati. Namun, Didin yang memang mempunyai pengalaman pernah disakiti, akhirnya punya jurus jitu untuk membuat pasangannya nyaman. Sampai akhirnya, sang hawa jatuh cinta betulan.
“Kalau ke saya itu tak kenal maka tak sayang. Sama istri juga dulu begitu. Kita berteman dulu, terus dia merasa nyaman, eh ajak jadian deh. Soal status saya sudah punya pacar, itu belakangan. Yang penting jalan dulu, begitu katanya dulu,” ungkapnya. Hmm, enak banget.
Tak mau membuang kesempatan, Didin yang mulai belajar jadi lelaki buaya, akhirnya menerima Ipah dan menjalani hubungan sesuai komitmen yang dibangun yakni membebaskan satu sama lain untuk berpacaran lagi. Dalam artian, selama berpacaran tidak boleh saling melarang jika mau berhubungan dengan orang lain.
Belum genap seminggu berpacaran dengan Ipah, Didin sudah dapat gebetan baru. Tentu saja, situasinya tak jauh berbeda dengan Ipah ketika jadian. Didin mengaku terang-terangan sudah punya pacar. Tapi, karena faktor kenyamanan, si perempuan pun mau melanjutkan hubungannya dengan Didin. Kondisi seperti itu terus dilakukan Didin dengan alasan agar tidak bosan menjalani pacaran.
“Intinya sih, saya enggak mau terjebak cinta yang dangkal lagi. Jadi, kalau mau serius, ya pas niat mau menikah saja,” ujarnya. Oh begitu?
Singkat cerita, setelah lulus kuliah, hubungan Didin dan Ipah berikut pacar-pacar Didin yang lain masih tetap berjalan. Namun, komunikasi dengan Ipah lebih intens. Tampaknya, Ipah memang berniat serius ingin melanjutkan hubungannya dengan Didin hingga ke pelaminan.
Setelah menyadari usianya dan pekerjaannya sudah cukup mapan, terlebih sering diingatkan orangtuanya agar cepat menikah, Didin pun mulai berpikir untuk mencari pendamping hidup yang pas. Nah, dari sekian pacar Didin, Ipah lah yang dinilai bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik. Soalnya, dari sekian perempuan yang dekat dengan Didin, hanya Ipah yang mau mengenal keluarganya. Apalagi, pasca lulus kuliah, keduanya sama-sama langsung diterima kerja. Didin menjadi karyawan di sebuah perusahaan di Serang, sementara Ipah menjalani kesibukan menjadi tenaga honorer di salah satu instansi pemerintahan.
“Ya, menurut saya keseriusan Ipah itu layak dipertimbangkan. Baru juga niat mau mengajak dia menikah, eh Ipah nyosor duluan. Dia yang mengajak untuk menikah duluan, ya saya langsung bilang oke saja,” terangnya.
Seiring waktu berjalan, mereka pun melangsungkan pernikahan dengan pesta yang cukup meriah memakai prosesi adat Banten. Jalannya akad nikah berlangsung lancar dan khidmat. Malam pertama pun menjadi kenangan tak terlupakan untuk Didin dan Ipah, istrinya. Setelah menikmati malam pertama yang menggairahkan, keesokan harinya sikap Ipah mulai berubah.
Seolah tidak mau kehilangan suami tercinta, Ipah mulai sering mengingatkan Didin agar jaga mata setiap berangkat kerja, pulang kerja pun demikian. Didin sering ditanyai Ipah, apakah sang suami tidak singgah dulu ke tempat perempuan lain sebelum tiba di rumah. Kondisi itu pun terus berulang.
“Awalnya sih biasa saja. Tapi, lama-lama gerah juga. Soalnya, mengaku enggak, raut wajah istri itu seolah menunjukkan rasa enggak percaya begitu. Apalagi, kalau pulang telat dikit, pertanyaannya semakin ngawur, capek deh,” kesalnya. Sabar, mungkin istri begitu karena sayang, khawatir sifat hidung belang Om masih membekas.
Lantaran itu, kini Didin kadang sengaja jawab asal-asalan ketika ditanya istri. Misalnya ketika ditanya istri ‘kok telat, habis dari tempat cewek lain ya’ dengan nada dan tatapan sinis. Didin pun menjawab dengan nada tak kalah garangnya, ‘emang iya, lumayanlah’.
Mendengar celotehan Didin, tak ayal membuat Ipah naik pitam. Padahal, diakui Didin, dirinya dari sejak menikah tak pernah berbuat nakal terhadap perempuan lain. Kondisi itu pun masih berlangsung hingga mereka dikaruniai tiga anak.
“Ya, begitu tuh kondisinya di rumah. Kadang jengkel juga, tapi enggak mau terus-terusan ribut sama istri. Sekarang mah bodoh amat. Ambil hikmahnya saja,” pungkasnya. Ya, sabar saja, nanti juga Ipah sadar. (Nizar S/Radar Banten)