Bagaimanapun juga, suami sebagai kepala rumah tangga harus bisa menafkahi keluarga. Namun pada kenyataannya, banyak suami yang masih saja nyaman dengan posisi pengangguran, dan membiarkan sang istri banting tulang demi memenuhi kebutuhan dapur.
Kisah ini pula dialami Siti (28), bukan nama sebenarnya. Wanita malang yang tinggal di salah satu desa di Ciruas ini harus merasakan beban berat hidup. Hidupnya yang susah, ditambah lagi dengan suami yang tidak bekerja, Siti harus memberi makan tiga anak kandungnya plus sang suami, sebut saja Maman (30).
Seakan kemalangan tidak berhenti sampai di situ. Sang suami yang tidak memiliki pekerjaan tetap itu, malah terlibat tindak kriminal. “Saya nggak habis pikir kenapa suami saya bertindak senekat itu. Jelas saja saya kaget dan langsung lari pergi mencari suami saya. Tetangga saya bilang, suami saya lagi dipukulin orang-orang,” curhat Siti.
Apa gerangan yang menimpa suami Siti? Begini ceritanya.
Siang itu, anak sulung Siti sebut saja Ira (10) mengadu padanya. “Ira bilang, Bu, guru kelas sudah menagih uang bulanan. Belum lagi aku mau study tour. Semua harus segera dibayar. Kalau nggak, aku tidak bisa ujian kelulusan,” cerita Siti.
Siti yang siang itu baru saja melemaskan persendian karena seharian berjualan sayur, tidak menjawab apapun. Ia hanya memandangi putri sulungnya dengan tatapan iba.
Kemarin anak keduanya, Minah (8) sebut saja begitu, merengek minta dibelikan seragam baru. Seragam lungsuran dari kakaknya sudah kekecilan, warnanya pun memudar. Belum lagi ia baru saja memiliki balita yang masih membutuhkan susu formula.
Ah, pusing kepala Siti memikirkan itu. Andai saja nasib baik berpihak padanya, pasti wanita berwajah sederhana ini akan mengabulkan semua permintaan para buah hatinya. Tapi bagaimana bisa? Ia tidak memiliki jin yang keluar dari botol seperti dalam dongeng yang bisa mengabulkan setiap permintaan dengan mudah.
“Saat itu saya cuma jawab, sabar ya Nak. Kalau sudah punya uang, nanti Ibu akan lunasi,” terang Siti.
Dalam kondisi tersebut, kemanakah Maman? Laki-laki itu seperti biasa asyik mengobrol kesana-kemari bersama teman-temannya, mengobrol pepesan kosong. Dan baru pulang jika perutnya lapar.
“Setiap kali pulang, pasti marah kalau di meja makan tidak ada apa-apa. Padahal dia tidak melakukan apa-apa seharian. Mana pernah dia peduli dengan isi dalam tudung saji, anaknya curhat pun dia tidak dengarkan,” lanjut Siti.
Siang itu kekesalan Siti meledak. Sang suami yang seperti biasa mengomel karena isi dalam tudung saji di meja makan hanya nasi dan tumis kangkung, mendapat amukan Siti.
“Mau gimana lagi. Saya mengancam akan pergi dari rumah dan pergi jadi TKI kalau dia masih nggak kerja juga. Saya capek, Mas. Semua urusan dilimpahkan ke saya,” curhat Siti.
Saat itulah Siti mengatakan sesuatu. “Mau kerja apa saja terserah, yang penting bisa menghasilkan uang,” begitu kata Siti.
Mengenai perilaku Maman yang enggan bekerja ini, kata Siti, sebenernya masih mampu untuk cari kerja. “Tapi dia nggak mau cari kerjaan padahal dia punya motor bututnya itu,” jelas Siti.
Akhirnya terjadilah peristiwa itu. Setelah Siti mendekati kerumunan, benarlah bahwa yang tengah dipukuli adalah sang suami. Maman tertangkap basah karena mencuri sebuah handphone yang dijambret dari orang yang tengah asik ngobrol di pinggir jalan.
Antara kasihan, sedih, dan malu, Siti mendekati sang suami yang sudah babak belur. Wanita ini pun memohon belas kasihan orang-orang untuk tak menghakimi suaminya. Ia berjanji akan membuat suaminya mempertanggungjawabkan kelakuannya, namun setelah sang suami dalam kondisi sehat dan dibawa ke pusat kesehatan terdekat.
Akhirnya, suami Siti dipenjara. Malang sekali nasib wanita ini, padahal belum lama ini Siti baru melahirkan anak ketiganya.
Siti mengaku, menyesal sempat memaksa Maman mendapatan uang dengan cara apapun. Ini membut Maman yang tengah dirundung kebingungan, entah harus dari mana dia mencari uang untuk anak dan istrinya, berpikir singkat untuk mencuri handphone.
“Saya juga nggak tahu jalan pikiran dia gimana, sampe harus berbuat kayak gitu. Alhasil anak sama istri lagi yang jadi korban,” kata Siti.
Sekarang Maman sedang mendekam di penjara harus merelakan sementara waktu tidak bertemu dengan anak juga istrinya di rumah. Dan Siti tetap harus berjuang demi anaknya yang sedang membutuhkan biaya. “Ya saya pasrah aja Mas, mau nggak mau saya yang harus jadi tulang punggung di rumah ini sekaligus gantikan peran bapaknya selama di penjara,” tutup Siti. (Alfin-Zetizen/Radar Banten)