“SUAMI mendua juga, saya tetap bahagia kok. Udah terlalu sayang soalnya,” demikian kutipan Nining (44), nama samaran, yang pasrah setelah menyadari sang suami, sebut saja Dudung, berpoligami. Dudung usianya jauh lebih muda dari Nining, terpaut 14 tahun.
Nining terpaksa menerima keputusan suami yang ingin memadu kasih. Karena, selama lima tahun menjalani rumah tangga, Nining tak mampu memberikan Dudung keturunan. Maklum, saat pertama kali bertemu Dudung, Nining yang berstatus janda satu anak, sudah memasuki usia senja. Kesuburan pada rahimnya mulai berkurang, setelah lama menjanda. Sehingga, sulit bagi Nining memiliki anak lagi dari hasil pernikahannya dengan Dudung.
Dudung sebelum menikah dengan Nining, masih perjaka tulen. Usianya baru menginjak 20-an. Usia mereka yang terpaut cukup jauh itu, sempat membuat Nining minder. Dari awal Nining sudah tidak percaya diri. Hampir tidak percaya, kalau dia bisa disukai Dudung yang masih perjaka serta berparas rupawan. Belum lagi, profesi Dudung cukup menjanjikan.
Dia bekerja di instansi pemerintahan bidang keamanan. Dudung orangnya juga baik, ganteng, bertubuh atletis, serta romantis. Sedangkan Nining, hanya berstatus staf biasa. Rupanya, hal-hal demikian menjadi bahan pertimbangan Nining mau menerima nasibnya dipoligami. “Kalau saya kan sudah tua. Bisa dilamar Mas Dudung itu, kayak dapat rezeki nomplok. Enggak nyangka,” akunya sumringah.
Diceritakan Nining, pertemuannya dengan Dudung bak mimpi di siang bolong. Berawal dari salah sambung, eh berlanjut pada pernikahan. Asoy geboy. Tiba-tiba saja Nining mendapat telepon dari seorang pria yang tak dikenalnya. Pria itu Dudung. Karena perbincangan sedikit menyambung, akhirnya perbincangan mereka berlanjut pada perkenalan satu sama lain.
Merasa ada kecocokan, keduanya sepakat melanjutkan hubungan dengan janji ketemuan. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Begitu pula dengan upaya Nining dan Dudung. Sekali ketemu, keduanya langsung sepakat untuk menjalin kasih asmara. “Kita gerak cepat. Kebetulan, sama-sama lagi nyari pendamping,” ujarnya.
Sejak itu, komunikasi mereka semakin intens, baik di telepon maupun bertemu langsung. Dudung sepertinya juga tak peduli dengan status Nining, janda satu anak. Entah kenapa Dudung mau melanjutkan hubungannya dengan Nining ke arah lebih serius, sampai saat ini masih menjadi pertanyaan wanita yang cara bicaranya nyablak tersebut. Hanya dalam tempo tiga bulan, Nining langsung dilamar Dudung. Nining terima Dudung yang datangnya hanya dua pekan sekali ke Serang, karena tugas luar kota.
“Katanya, dia nyari sosok istri yang baik dan pengertian, bukan karena cantik. Cocok dong. Mungkin, dulu menganggap saya kayak ibunya kali,” terangnya. Ibu kok dikawin?
Seiring waktu, menjelang pernikahan Nining dan Dudung menemui lika-liku hidup. Yakni, Nining sempat ditentang mertua karena statusnya janda. Beruntung, Dudung yang sudah terhipnotis oleh sifat keibuan Nining, mampu meyakinkan keluarganya jika pilihannya itu, memang terbaik untuk mendampinginya seumur hidup.
Batu sandungan tak hanya dialami Dudung, Nining pun demikian. Rencana pernikahannya dengan Dudung sempat mendapatkan penolakan dari sang anak. Terlebih, anak Nining sudah menginjak usai remaja. Sudah lebih memahami situasi yang terjadi pada ibunya. Secara perlahan, Nining memberikan pemahaman terhadap anak dari pernikahan pertama tersebut.
“Kami mau nikah itu enggak gampang. Banyak kendala. Tapi, alhamdulillah bisa kami lewati. Kami sudah enggak bisa dipisahkan,” tegasnya.
Singkat cerita, mereka menikah dengan pesta sederhana. Yakni, hanya mengundang keluarga, tetangga, dan pihak KUA pada acara syukuran biasa di rumah. Meski demikian, prosesi yang berjalan alakadarnya itu, tak mengurangi nilai kekhidmatan mereka yang memang serius ingin membangun mahligai rumah tangga.
“Pokoknya, waktu itu saya merasa orang yang paling berbahagia. Kang Dudung meskipun masih muda, pikirannya dewasa, pengertian juga,” tegasnya. Syukur deh.
Dudung juga diakui Nining orangnya romantis. Terlebih dalam hal urusan ranjang. Tak hanya suka berfantasi akibat faktor jiwa masih mudanya, cara ajakan Dudung untuk berhubungan intim pun, sedikit berbeda. Gimana tuh?
Setiap ada di rumah, ketika ingin berhubungan, Dudung tidak langsung to the point. Namun, sedikit ada basa-basinya. Seperti, “Mih (panggilan sayang ke Nining-red), dijawab apa Pih (panggilan sayang untuk suami-red), kayaknya asyik kalau kita ngobrol di kamar”. Pertanyaan Dudung pun langsung disambut antusias Nining. Ya ya ya, sedap. Masih banyak lagi ajakan unik lain yang kerap diutarakan Dudung. Kondisi itu pun, berlangsung setiap Dudung pulang dinas dan ingin berhubungan.
“Pokoknya romantis deh. Jadi, ke sayanya juga semakin bergairah. Kang Dudung juga perkasa di ranjang, maklum masih muda,” ungkapnya. Widih, tahan lama dong.
Setelah lima tahun berumah tangga, peristiwa yang tidak diharapkan Nining pun muncul. Tiba-tiba saja, tanpa ada angin tanpa hujan, sikap Dudung juga tidak menandakan kecurigaan, sesosok perempuan muda datang ke rumah untuk menemui Nining. Wanita itu, sebut saja Bunga. Nah, Bunga secara terang-terangan sambil bermandikan air mata, mengaku, kalau dia sudah menjadi istri sahnya Dudung. Meskipun, hanya menikah secara siri. Bahkan, tak lama lagi mereka akan memiliki momongan yang tak lain adalah darah daging sang jantan.
Mendengar hal itu, Nining sempat kaget bukan kepalang. Perasaannya tidak keruan, ruwet, sedikit kecewa dan frustrasi hingga terpancing emosi. Ketika Dudung tiba di rumah sehabis tugas, Nining memberanikan diri mempertanyakan kabar buruk itu kepada Dudung. Namun, Dudung sepertinya menyadari lebih dulu maksud dan tujuan Nining ingin bicara serius dengannya.
Nining pun hanya bisa melongo mendengar jawaban Dudung yang bijak. Alasan Dudung menikahi Bunga, karena Bunga sudah menunggu lama untuk menjadikannya suami sebelum menikah dengan Nining. Tak hanya itu, keputusan Dudung menikah lagi karena ingin mempunyai keturunan. Namun, Dudung ogah untuk menceraikan Nining, saking sayangnya. Sementara Nining sudah bisa dipastikan, kandungannya tidak produktif. Sehingga, kecil kemungkinan untuk Nining dapat memberikan Dudung keturunan.
“Atas pertimbangan itu, akhirnya saya mengalah. Saya hargai keputusan Kang Dudung. Lagian, saya juga enggak mau cerai. Mana ada lagi cowok yang mau sama saya yang sudah tua gini?” ucapnya merendah. Suka gitu ah, jangan takut, masih banyak lelaki buaya kok. “Jadi, enggak apa-apa didua juga, saya tetap bahagia,” yakinnya.
Dua tahun berjalan dipoligami Dudung, Nining mulai bisa menerima dengan lapang dada. “Yang penting suami masih tanggung jawab. Lagian, Kang Dudung lebih sayang ke saya daripada istri mudanya. Ke sana (istri muda-red) paling cuma butuh keturunannya aja,” katanya percaya diri. Bagus deh Bu, mending pede daripada minder, semangat! (Nizar S/Radar Banten)