PENYESALAN itu pasti datang belakangan. Ya iya lah, masa datang duluan, memangnya pendaftaran?. Seperti halnya Oji (37), nama samaran, menyesali sikapnya karena telah menyia-nyiakan kesempatan yang sudah ada di depan mata. Gara-gara terlalu pilih-pilih, Oji justru harus meratapi nasib menjadi pendamping hidup perempuan malam sampai akhirnya ditinggalkan juga.
Namun apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Oji yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara itu, hanya manusia biasa yang tak luput dari khilaf. Ia tidak menyangka, karma bakal menghampirinya di kala usaha orangtuanya mulai pailit sampai gulung tikar. Oji yang merupakan warga Serang itu mengakui, semasa masih muda dimanjakan harta orangtuanya yang kaya raya dari usaha berdagang.
Sejak itu, sifat angkuhnya tumbuh mengikuti perkembangan zaman. Oji menjadi salah pergaulan dan cenderung ke arah negatif. Akibatnya, kuliah Oji terlantar, malah sering mojok di tempat hiburan malam, seperti di diskotek dan karaoke hanya untuk mencari kesenangan. Bahkan, sering mabuk-mabukan karena mengonsumsi obat-obatan dan minuman keras yang ia beli menggunakan uang hasil keringat orangtuanya. Ia juga main perempuan. Astaga.
Sadar akan hal itu, kedua orangtua yang ingin mengubah perilaku Oji pun berupaya menjodohkannya dengan pilihan mereka yang statusnya sederajat atau sama-sama dari kalangan berada alias ningrat. Tapi, Oji terlanjur senang dengan dunianya dan memilih wanita yang hanya ia bisa tiduri dan jamahi sementara. Waduh.
Padahal, selain dari kalangan berada, wanita pilihan orangtua Oji dari segi fisik tak pernah gagal. Rata-rata wajahnya mirip artis dan model iklan. “Wah, bagaimana enggak nyesel Mas. Dulu pilihan orangtua itu ada yang mirip Luna Maya, Mona Ratuliu, pokoknya cakep-cakep deh,” ujarnya dengan bangga. Yang mirip Omas juga ada kali ya Mas Oji? Becanda.
Hanya saat itu, tidak ada satu pun yang mampu menarik perhatian Oji yang buta akan cinta sesaat. Terlebih, saat itu Oji terbiasa menikmati wanita cantik yang kerap ia jumpai di tempat hiburan malam.
Sebaliknya, wanita pilihan orangtua Oji ketika dipertemukan dengan Oji di setiap acara perjodohan, tak pernah ada yang menolak. Malah, minta perjodohan dipercepat. Wajar, selain berasal dari keluarga kaya, sosok Oji terbilang ganteng, tinggi, dan macho. Sepintas mirip artis Anjasmara. Ditambah penampilannya yang gaul dan selalu berada di belakang kemudi mobil mewah yang ia tunggangi, serta sering gonta-ganti. Pokoknya, Oji sosok yang sempurna untuk dijadikan suami. Meski saat itu, Oji berstatus pengangguran setelah di-drop out (DO) dari kampusnya akibat jarang masuk.
Namun, Oji yang begitu percaya diri dengan keadaannya saat itu, lebih memilih sendiri dan yakin bisa mencari wanita yang lebih baik. Para calon istri pilihan orangtuanya, malah ditawarkan Oji yang sudah dicap playboy itu untuk menjadi cinta sesaat. Mengetahui sifat buruk Oji, para wanita pilihan orangtuanya pun satu per satu memilih mundur dan mengakhiri perjodohan. Oji pun kembali kepada pergaulannya. “Waktu itu saya mikirnya, istri gampang dicari. Jadi, santai-santai aja batal dijodohin juga,” akunya.
Berbeda dengan saudara-saudaranya yang sudah lebih dulu mendapat jodoh hingga dikaruniai anak. Walaupun, sifat ketiga saudaranya itu tak kalah negatif dengan kelakuan Oji. Ketiganya menikah dengan status married by accident. Bahkan, kehidupan rumah tangganya pun hanya mengandalkan pemberian orangtua. Semuanya menjadi pengangguran setelah tidak ada satu pun yang mampu menyelesaikan kuliah sampai tuntas, termasuk Oji.
Tentu saja, itu akibat terlalu dimanjakan harta dan kurangnya perhatian orangtua serta pendidikan agama. “Namanya anak muda Mas, waktu itu kita mikir gampang aja. Apalagi, orangtua lebih memikirkan usahanya dan jarang pulang. Boro-boro kita mikir salat. Jadi, bisa disebut anak-anak kurang kasih sayang dari orangtua Mas,” kilahnya.
Entah mimpi buruk apa yang menimpa keluarga Oji. Seiring berjalan waktu, usaha kedua orangtuanya bangkrut di kala usia Oji sudah mapan, menginjak di atas 30 tahun dan sukses menemukan tambatan hati dan berencana melanjutkan ke jenjang pernikahan. Lantaran status Oji dan keluarganya yang mulai jatuh miskin dan terlilit hutang, semua barang-barang mewah, termasuk rumah dan mobil yang sering digunakan Oji ludes dijual untuk melunasi hutang. Sampai akhirnya, mereka tinggal di rumah sederhana. Hal itu membuat calon istri Oji mulai menjauh dan meninggalkannya.
“Waktu mengetahui orangtua bangkrut, belum lagi ditinggalin calon istri, jelas kaget dan sakit Mas. Ternyata benar, mereka hanya melihat saya dari hartanya. Malah dulu yang mau dijodohin, diajak ngontrak juga mau,” ucapnya.
Singkat cerita, menjalani kehidupan sederhana, Oji pun sulit mencari pendamping hidup. Berbeda dengan saudara-saudara Oji yang bernasib lebih mujur, yakni mendapat bantuan keluarga pendamping hingga diterima bekerja dan mampu menafkahi.
Merasa mulai dikucilkan orangtua dan dicampakan saudara, Oji pun mulai belajar hidup mandiri dengan berbisnis jual kendaraan bekas, kerja sama dengan sohib-sohibnya terdahulu meski hasilnya tak sesuai harapan.
Merasa penghasilannya tak cukup, Oji bermaksud mencari tambahan. Kemudian pada suatu hari, bertemulah dia dengan mantan cinta sesaatnya pada sebuah klub malam, sebut saja Bunga (30), nama samaran. Sejak itu, Oji yang hanya bermodalkan motor butut sisa hartanya, mampu memanfaatkannya untuk sekadar mengantar jemput si doi yang menjadi pekerja tempat hiburan malam. “Lumayanlah, dari antar jemput, saya dapat upah dari Bunga. Hasil dari Bunga melayani tamu. Kadang Rp200 ribu sampai Rp350 ribu gitulah sekali jemput buat balik ke kos-kosan,” ungkapnya.
Pertemuan dan komunikasi yang intens di antara keduanya ternyata menumbuhkan benih-benih cinta. Debar-debar asmara sudah tidak terbendung hingga berlanjut pada bahtera rumah tangga, meski pernikahan berlangsung secara siri. Namun, selang beberapa bulan biduk rumah tangga mereka pun dilanda kesulitan elit alias ekonomi sulit. Kondisi itu membuat Bunga bosan sampai akhirnya memutuskan untuk mengakhiri bahtera rumah tangga dan meninggalkan Oji yang selama berumah tangga hanya menjadi parasit. Sejak itu, Oji hanya bisa menyesal meratapi nasibnya.
“Mungkin ini karma. Dulu, saya sia-siakan pilihan orangtua yang jelas-jelas sayang sama saya. Kalau saja saya terima waktu itu, bisa jadi merekalah yang bantu kesulitan keluarga,” celotehnya.
Kalau boleh kasih saran ya, makanya Mas, jangan terlalu pilih-pilih. Apalagi sok kaya. Harta itu hanya titipan. Menyesal kan akhirnya. Ya salam! (Nizar S/Radar Banten)