DILAHIRKAN dengan tampilan sempurna, yakni berwajah manis, pipi gembil, mata besar, kulit putih mulus, membuat performa Ngatiyem (25), nama samaran, cukup memanjakan pandangan semua lelaki yang melihatnya. Namun, keberuntungan anak pertama dari tiga bersaudara yang diberikan modal wajah cantik alami itu tak lantas membuatnya bernasib mujur. Kehidupannya tak pernah berjalan mulus.
Upaya Ngatiyem membangun mahligai rumah tangga dengan pasangannya selalu gagal. Nahasnya, kegagalan Ngatiyem dalam berumah tangga tak biasa. Yakni, dua kali posisinya ditempatkan sebagai istri kedua. Terus, dengan lelaki yang sudah beranak istri pula. Ow ow ow.
“Ya, jujur saja, dua kali saya dipoligami. Nyesel banget, siapa yang mau kayak gini?” keluh Ngatiyem meratapi nasib.
Penyebabnya, Ngatiyem menjalani rumah tangganya demikian karena dipaksa orangtuanya yang dikenal matrealistis. Dalam arti, Ngatiyem menjadi korban orangtua yang gelap mata oleh harta. Maklum, kehidupan Ngatiyem di kampungnya di Pandeglang, serba kekurangan.
Ngatiyem ketika masih gadis tinggal dengan orangtua beserta kedua adiknya yang masih balita di sebuah kontrakan kumuh. Belum lagi kontrakan yang dihuni Ngatiyem hanya memiliki satu kamar. Kondisi elite alias ekonomi sulit itu, memaksa kedua orangtua yang menyadari Ngatiyem sebagai primadona desa, menjodohkannya dengan lelaki dari keluarga kalangan berada. Tanpa mengindahkan status lelaki yang akan dijodohkan.
“Orangtua saya itu gelap mata sama harta. Jadi, saya baru juga lulus SMA, main kawinin aja,” kesalnya. Widih, orangtua macam apaan tuh.
Waktu itu, Ngatiyem tak bisa melawan karena masih berpikiran polos. Ia takut kualat jika membantah keinginan orangtuanya. Lantaran itu, tepatnya pada usia menginjak 18 tahun, Ngatiyem menuruti keinginan orangtua meski dalam hati tak terima.
Padahal, dilihat secara kasat mata, banyak yang memprediksi Ngatiyem bakal punya masa depan cerah. Keyakinan rekan-rekan Ngatiyem termasuk tetangga itu, didorong mengetahui Ngatiyem sebagai salah satu siswa pintar di sekolahnya. Selain itu, gadis ini didukung wajah rupawan yang membuatnya banyak ditaksir orang, sampai antre di kampung. Akhirnya, desakan orangtua yang ingin menikahkan perempuan berperawakan berisi itu pun membuat dia harus mengubur impiannya dalam-dalam.
“Saya sempat menangis, kenapa harus menerima nasib seperti itu? Hasilnya, ya seperti ini, back to jahe (janda herang-red),” tukasnya. Sabar ya Teh.
Padahal, Ngatiyem pernah bercita-cita ingin menjadi model terkenal. Hal itu didorong teman sekolahnya yang merasa Ngatiyem memiliki peluang besar. Apalagi, dengan modal wajah fotogenik yang dimiliki. Namun, semua impian Ngatiyem itu seketika sirna. Kedua orangtua Ngatiyem, keukeuh ingin menyerahkan anaknya kepada lelaki kaya raya. Meskipun orang itu baru dikenal, orangtua Ngatiyem yang sudah tertutup mata dan telinga, seolah tak peduli akan nasib anaknya. Tujuannya hanya satu, tak lain ingin mengubah kehidupan keluarga menjadi lebih baik. Dan, Ngatiyem dianggap sebagai penyelamat dengan kelebihan yang dimilikinya.
“Saya terima karena setelah dipikir-pikir, saya ingin berbakti sama orangtua,” tegasnya. Subhanallah.
Singkat cerita, Ngatiyem dinikahkan dengan lelaki yang memang kebetulan mencari istri kedua, sebut saja Juki (39). Orangnya juga lumayan kaya. Keinginan lelaki itu untuk menikahi Ngatiyem pun sudah mendapat persetujuan dari istri pertama. Penyebabnya, istri pertama Juki tak bisa memberikan keturunan selama sepuluh tahun berumah tangga.
Situasi itu membuat Ngatiyem dan istrinya akur-akur saja meski tinggal serumah. Namun, nahas bagi Ngatiyem, dua tahun pernikahan mereka dengan pria beristri itu tak kunjung memberikan keturunan juga. Kondisi itu membuat Juki berang dan menganggap Ngatiyem juga mandul. Tak lama setelah perselisihan soal keturunan itu, tak butuh lama untuk Juki menceraikan Ngatiyem yang dinikahi secara siri. Ngatiyem pun, kembali ke kontrakan orantuanya.
“Karena istri siri, ya enggak punya warisan dan enggak ada yang bisa saya kasih ke orangtua,” katanya. Sia-sia dong?
Karena tidak mau lama-lama berstatus janda, Ngatiyem kembali merajut asa dengan laki-laki yang usianya tak jauh beda. Kali ini, lelaki yang belum lama dikenal Ngatiyem itu mengaku sebagai duda belum punya anak. Kerjanya juga ngakunya di kepolisian, sebut saja Dodi (29). Tak lama, Dodi pun mengajak Ngatiyem menikah. Tentu saja Ngatiyem yang tergiur status Dodi yang pegawai negeri, tak mau menyia-nyiakannya.
Ngatiyem langsung menerima pinangan Dodi. Hanya, tabiat Dodi tak jauh beda dengan suami Ngatiyem yang pertama, yaitu Juki. Dodi hanya ingin nikah siri dengan alasan, pengin sejauh mana kesetiaan Ngatiyem. Tapi, lagi-lagi setelah menerima pinangan Dodi, Ngatiyem kena tipu. Setelah sebulan menjalani hubungan suami istri, Dodi ketahuan kalau dia sudah punya anak istri.
“Pantas saja, si Dodi enggak mau nikah ke KUA. Akhirnya, saya minta cerai lah,” kesalnya.
Namun, Ngatiyem mengaku tak begitu menyesali apa yang ia alami. Justru perilakunya yang mudah menerima lamaran orang itu, bermaksud untuk membalas dendam kepada orangtua yang sudah mengubur masa depannya.
“Dua kali jadi janda, dua kali juga enggak dikasih anak. Tapi, saya nikmati saja. Saya sudah enggak pernah bertanya sama orangtua, sekarang masing-masing saja,” akunya,
Kini, Ngatiyem tinggal di kontrakan sendiri dan mencari nafkah dengan bantu-bantu berjualan di pasar milik pamannya. Namun, tak membuat Ngatiyem melupakan orangtuanya. Ia tetap memberikan uang bulanan untuk orangtua dan adik-adiknya, walaupun seadanya.
“Sekarang saya yang nentuin jalan sendiri. Orangtua sekarang sudah enggak pernah ikut campur, mungkin merasa bersalah kali,” tandasnya. Sabar ya Teh. Mudah-mudahan, ke depan dapat jodoh yang lebih baik. Amin. (Nizar S/Radar Banten)