SERANG – Keluarga Mahasiswa Cibaliung (Kumaung) menilai pembangunan infrastruktur dan kawasan ekonomi di sejumlah wilayah di Banten Selatan hanya untuk kepentingan pemilik modal dalam mengembangkan usahanya.
Ketua Presidium Kumaung Haetami A mengungkapkan, saat ini laju investasi terjadi begitu deras di wilayah Banten Selatan, Kumaung justru menilai investasi itu akan mengancam mata pencaharian masyarakat yang bergantung pada pertanian. “Sedangkan kami belum melihat nelayan dan petani membutuhkan pembangunan tersebut,” ujar Haetami, Minggu (30/10).
Haetami memaparkan, ini sejumlah pembangunan besar-besaran sedang terjadi di wilayah Banten Selatan, misalnya di wilayah Kiarajangkung di Ujung Kulon melalui Yayasan Badak Indonesia (YABI) yang bekerjasama dengan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). menarik banyak investor dari dalam dan luar negeri ke Ujung Kulon. Kemudian di wilayah Tanjung Lesung dan sekitarnya untuk pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Bandara Banten Selatan, dan Jalan Tol Serang – Panimbang.
Dampak negatif pembangunan tersebut yang paling terlihat, menurut Haetami, adalah hilangnya tanah yang menjadi tempat mata pencaharian masyarakat. Seharusnya masyarakat diberikan pendidikan tentang bagaiaman cara mengoptimalkan lahan yang mereka miliki, selain itu untuk meningkatkan perekonomiannya, tanpa harus menyadandarkan pada investasi. Rakyat harus diberikan pendidikan keterampila beruasaha, seperti membuat koperasi, membuat pupuk organik atau melalui organisasi mampu mengusahakan pupuk, obat-obatan dan peralatan yang lainnya yang lebih murah. (Bayu)