SURABAYA – Pernahkah membayangkan bahwa limbah kulit udang dan biji alpukat bisa disulap menjadi bioplastik sebagai pengganti plastik yang ramah terhadap lingkungan?
Inovasi tersebut dilakukan oleh lima mahasiswa Unair. Yaitu Nurlailiatul Machmudah, Fitria Pebriani, Adi Rachmadji, Tri Susanti, dan Dimas Noor Asyari. Pilihan mereka melakukan penelitian ini, karena penggunaan perkakas yang terbuat dari plastik, terutama tas, sudah semakin menggila.
Hingga Environment Protection Body, sebuah lembaga lingkungan hidup di Amerika Serikat mencatat, setiap tahun sekitar 500 miliar sampai satu triliun tas plastik digunakan di seluruh dunia.
’’Inilah ancaman terhadap lingkungan hidup, sebab plastik merupakan material yang sulit dihancurkan oleh organisme. Untuk bisa lebur dan terurai dalam tanah, sampah plastik butuh waktu antara 200 sampai 1.000 tahun,’’ papar Nurlailiatul Machmudah, sebagaimana dilansir JawaPos.com.
Kemudian, dewasa ini telah ditemukan beberapa macam plastik biodegradable. Antara lain, polihidroksi alkanoat (PHA), poli e-kaprolakton (PCL), poli butilen suksinat (PBS) dan poli asam laktat (PLA).
Namun kebanyakan bahan baku plastik biodegradable itu masih menggunakan sumber daya alam yang tidak diperbaharui (non-renewable resources) dan tidak hemat energi.
Hasil penelitian yang menarik ini kemudian dituangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE). Setelah melalui seleksi Dikti, penelitian ini lolos untuk mendapatkan dana penelitian dalam program PKM Kemenristekdikti tahun 2016-2017.
Ditambahkan oleh Nurlailiatul, penelitian ini menekankan pada penggunaan limbah yang pemanfaatannya kurang maksimal, antara lain limbah biji alpukat dan limbah kulit udang untuk dibuat sebagai bioplastik ramah lingkungan dan aman untuk digunakan.
Bioplastik hasil sintesis ini dinamai bioplastik “Mbah Kilat” (limbah kulit udang dan biji alpukat). Jadi, bioplastik “Mbah Kilat” ini dibuat dari bahan dasar kitosan kulit udang dan pati (tepung) limbah biji alpukat.
Pada biji alpukat itu terdapat banyak kandungan pati yang bisa dijadikan komponen plastik, sehingga plastik mudah didegradasi oleh mikroorganisme.
Sedangkan pada limbah kulit udang mengandung kitin yang bisa ditransformasi menjadi kitosan sebagai penguat karakter polimer plastik. Untuk menambah karakteristik plastik, maka ditambahkan zat pemlastis atau plastisizer sorbitol.
”Dengan hadirnya bioplastik ‘Mbah Kilat’ ini kami berharap dapat menjadi alternatif plastik pengganti plastik komersial yang aman digunakan, mudah terurai, dan dapat digunakan sebagai solusi mengoptimalisasi pemanfataan limbah,” kata Nurlaili. ((jpg/ina/JPC)