CILEGON – Buah melon hasil pertanian di Kota Cilegon dinilai layak untuk diekspor. Selama ini, melon berwarna kuning keemasan itu sudah banyak ditemukan di pusat perbelanjaan modern di wilayah Banten dan Jabotabek.
Berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Cilegon, di tahun 2019, luas lahan pertanian golden melon di Kota Cilegon mencapai 10,7 hektare. Dari luas lahan tersebut mampu menghasilkan sekira 157 ton per tahun.
Guna mendorong golden melon menjadi komoditas ekspor, sekira 20 orang petani golden melon belajar agar produk pertanian mereka bisa dipasarkan ke kancah internasional. Melalui program corporate social responsibility (CSR), petani diajari akselerasi ekspor yang difasilitasi Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon dan PT Golden Grand Mills, di Greenotel Cibeber.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon Raden Nurcahyo Nugroho menilai potensi ekspor golden melon sangat besar. Selain melon tersebut mempunyai tekstur dan rasa yang berbeda dengan melon pada umumnya, kebutuhan ekspor pun sangat tinggi.
Berdasarkan data dari Biro Kerjasama Luar Negeri pada Kementerian Pertanian (Kementan) sejumlah negara yang menjadi pasar ekspor melon adalah Amerika Serikat, Belanda, Prancis, dan Singapura.
Pasar terdekat adalah Singapura, dimana negara tersebut membutuhkan pasokan 15 ribu ton melon setiap tahun.”Sedangkan saat ini ekspor baru 171 ton saja ke Singapura. Jadi Singapura menjadi pasar terdekat dan terbaik untuk ekspor. Itu jadi peluang bagi para petani di Cilegon,” tutur Raden.
Kendati secara kuantitas produktivitas golden melon belum cukup banyak, tetapi secara kualitas, golden melon layak untuk diupayakan agar bisa diekspor. “Berapapun kuantitinya dimungkinkan, yang penting kualitasnya,” ujar Raden.
Agar para petani mampu mengekspor golden melon, dalam bimbingan teknis tersebut Balai Karantina Pertanian menghadirkan narasumber dari Biro Kerjasama Luar Negeri Kementerian Pertanian dan Indonesia In Your Hand sebuah start up penyedia aplikasi ekspor secara online.
Narasumber dari Biro Kerjasama Luar Negeri dihadirkan agar para petani mengerti akses pasar dunia. Kemudian, pada Februari nanti akan ada pameran komunitas ekspor asal Indonesia di Singapura, dan diharap petani Cilegon bisa mengikuti event tersebut.
“Lalu menghadirkan narasumber dari Indonesia in Your Hand, harapannya produk tani bisa langsung disimak oleh peminta di luar negeri sehingga mereka bisa melakukan transaksi. Saat ini canggih sehingga informasi ekspor tidak hanya dari mulut ke mulut, tapi melalui teknologi,” ujarnya.
Sementara itu General Manager PT Golden Grand Mills Edwin Chaster Tumangkeng menjelaskan, bimbingan teknis terkait ekspor tersebut meruapakan program CSR yang telah direncanakan bersama Balai Karantina Pertanian.
Kata Edwin, sejumlah perusahaan bersama Balai Karantina Pertanian telah berkomitmen untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan memberikan pemahaman secara langsung kepada para petani.”Kami hanya memfasilitasi terkait pengelolaan pasca panen, kalau dari proses pembibitan, pengelolaan tanaman, hingga panen difasilitasi oleh yang lain,” ujarnya. (bam/ibm/ags)