TANGERANG – Seperti Desa Pematang, Desa Cisereh di Kecamatan Tigaraksa juga mempunyai kue semprong. Bentuk fisiknya sama, tapi cita rasa penganan produksi rumahan dari dua desa ini berbeda. Ada rasa dan aroma jahe di kue semprong khas Cisereh.
Kue semprong khas Cisereh inilah yang tengah menjadi perhatian Pemerintah Desa Cisereh, tahun ini. Menurut Kepala Desa Cisereh Iskandar, pihaknya telah merencanakan program pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Sasarannya, perajin kue semprong yang digeluti oleh hampir semua keluarga di desa ini. Serta, kerajinan dari bambu dan kayu jati belanda.
Iskandar mengatakan, pemerintah desa men-support para perajin kue semprong agar penganan khas Cisereh ini tetap lestari. ”Cisereh sudah beberapa kali dimekarkan. Namun, kearifan lokal tetap tidak tergerus zaman. Kue semprong khas desa ini misalnya, mampu bertahan hingga kini,” tuturnya..
Ia menuturkan, pembuatan kue semprong di desanya telah dilakukan oleh ibu-ibu Desa Cisereh sejak sekira 1945. Hingga kini, produksi rumahan ini tetap ditekuni oleh hampir semua kepala keluarga di desa ini. Resep pembuatan kue semprong ini telah disampaikan dari generasi ke generasi. Kue semprong Cisereh diproduksi secara turun-temurun.
”Tahun ini, BUMDes yang akan membantu permodalan dan penjualannya (kue semprong-red). Tahun depan, kami (Pemerintah Desa Cisereh-red) juga berencana membangun gerai kerajinan Cisereh untuk kue semprong dan kerajinan bambu,” ujar Iskandar.
Rencana program ini, jelasnya, lantaran pemasaran kue semprong khas Cisereh masih terbatas di wilayah Kecamatan Tigaraksa. Pemerintah Desa Cisereh juga akan membantu para perajin kue semprong dalam pengemasan. Iskandar ingin, kue semprong khas Cisereh bisa dikenal lebih luas.
”Omzetnya masih kecil, baru rata-rata Rp5 juta per bulan. Kue semprong khas Cisereh cuma dikemas dalam kantong plastik bening ukuran setengah kilo. Dijualnya Rp20.000. Kami juga berharap pemda ikut membantu,” katanya.
Kreativitas pemuda pun menjadi sasaran program pemberdayaan ekonomi kerakyatan Pemerintah Desa Cisereh. ”Bukan hanya itu, kami juga mempunyai kreativitas kaum milenial di desa kami. Kerajinan yang dibuat oleh kumpulan anak musala yang membuat kerajinan dari berbagai jenis bambu dan kayu menjadi barang aksesori rumah, seperti lampu hias, jam dinding, meja belajar, lukisan gantungan baju dan lainnya. Semua dibuat secara artistik dan menarik,” ucap Iskandar.
Tokoh pemuda Cisereh, Ahyatulloh, menambahkan bahwa dirinya beserta beberapa pemuda kreatif membentuk Bapet (Bambu Palet) Cisereh. Anggota komunitas ini membuat bermacam aksesori rumah dari bambu dan kayu jati belanda.
”Bisa dilihat hasil dari kreativitas seni ini yang berada di Kampung Cisereh, RT 004, RW 002, mampu membuat bahan yang awalnya tidak bernilai, dengan sentuhan kawan-kawan ini mampu bernilai. Bukan hanya itu, kami juga mengharapkan dukungan dari pemerintah desa dan pemerintah daerah agar bisa men-support kreativitas ini dengan memamerkannya kepada masyarakat luas. Sehingga, potensi ini bisa berkembang dengan baik dan bisa membanggakan desa kami,” harap Ahyatulloh. (pem/rb/sub)