Oleh: Taufik Hidayatullah, warga Serang, Banten
Digitalisasi telah membawa arus peradaban manusia menuju kedigdayaan tanpa batas. Hal tersebut tercermin dari digitalisasi yang masuk ke ruang-ruang tanpa batasan.
Ya, inilah dunia peradaban manusia dengan sederet kemajuannya yang memberikan berbagai dampak beragam. Berangkat dari informasi yang mengisi ruang-raung sendu dalam berbagai platform media digital.
Kemajuan teknologi diikuti dengan informasi yang tanpa tabir membuat kesalehan manusia diuji lewat jari-jemari. Komentar sinis berbau negatif yang menyerang personality seseorang marak di ranah media sosial di era kekinian. Terbukti, akhir-akhir ini cukup banyak yang mendengung dengungkan kesalehan digital.
Kesalehan digital di era disrupsi digitalisasi membuat kehidupan lebih kompleks di ranah sosial media. Beragam anggapan untuk perlunya memupuk kesalehan digital cukup mafhum dibahas kalangan akademisi kampus. Media sosial yang sudah dianggap sebagai rumah kedua bagi netizen Indonesia.
Menyeret dinamika permasalahan baru yang perlu dibatasi dengan etika atau moraliti penggunanya. Tentunya, pembatasan tersebut bukan bermaksud membuat netizen platform digital merasa dibatasi.
Namun, justru hal tersebut merupakan tindakan preventif untuk mencegah turbulensi kebiadaban digital lewat komentar yang menyerang privasi seseorang.
Atas dasar tersebut peran serta para akademisi, penceramah, serta tokoh publik untuk memberikan jamuan akan pentingnya kesalehan digital di ruang lingkupnya masing-masing. Utamanya sekat ruang terkecil yakni keluarga.
Keluarga merupakan ruang pertama yang dimasuki para remaja untuk berekspektasi serta berekspresi sehingga perlunya arahan-arahan yang mengarah kepada kesalehan digital dari ruang terkecil terlebih dahulu, dalam hal ini ranah keluarga.
Kesalehan sosial harus berbanding lurus dengan kesalehan digital yang menyeret dinamika kehidupan akhir-akhir ini. Lingkup terkecil menjadi solusinya. Berangkat dari pengawasan orang tua untuk mengamati penggunaan media sosial anak-anaknya dikarenakan tontonan zaman sekarang cenderung menjadi tuntunan bagi penontonnya.
Wallahu’alam