Disinilah sangat terlihat masih kentalnya tradisi gotong-royong dan suasana kekeluargaan bagi warga sekitar. Mulai dari para orang tua, pemuda, remaja sampai anak-anak berkumpul. Gema takbir dan lantunan ayat suci Al-quran serta salawat Nabi terdengar jelas sepanjang perayaan.
Beragam bentuk miniatur seperti masjid, tokoh arab menunggang unta, dan perahu membawa hasil bumi serta uang tunai yang telah dikemas dalam plastik. Sandal, sarung, dan hadiah lainnya yang kemudian disedekahkan untuk masyarakat. Tradisi ini biasa juga disebut dengan ‘ngeropok atau ngegropok’ oleh masyarakat Banten secara luas.
Sebelum diarak, sejumlah kereta kuda dan kendaraan yang berbentuk miniatur itu berkumpul disatu titik lokasi yakni di kediaman Haji Haerudin tokoh masyarakat setempat yang dikenal rutin setiap tahunnya sebagai penyumbang dana terbesar penyelenggaraan Panjang Mulud di lingkungan itu.
“Tidak ada kepentingan lain, kita hanya ingin menjalankan peringatan Maulid Nabi. Kita minta doanya supaya barokah. Ini rutin dilakukan setiap tahunnya semenjak tahun 1992. Semoga tahun depan lebih meriah dari tahun ini,” ujar Haerudin, tokoh masyarakat setempat.
Sementara itu, panitia pelaksana Panjang Mulud Lingkungan Cirubuh, Mustajib mengungkapkan perayaan dapat terlaksana berkat sumbangan dari masyarakat empat rukun tetangga senilai Rp 10 juta dan Haji Haerudin secara pribadi yang menyumbangkan lebih dari Rp 60 juta.
“Alhamdulilah semoga Abah Haji Haerudin panjang umur, dan semakin dibanyakkan rezekinya. Beliau memang merupakan tokoh masyarakat yang sangat peduli terhadap masyarakat sekitar dan lingkungannya,” katanya. (Riko Budi Santoso/rikosabita@gmail.com)