Elis (45) nama samaran mengaku, sering sakit hati karena sikap dan perlakukan suami, sebut saja Roni (46), yang tidak tulus mencintai. Roni sering menuntut Elis tampil cantik. Padahal uang makan sehari-hari saja pas-pasan, membeli bedak juga jarang. Oalah.
Ditemui Radar Banten di Kecamatan Kragilan, pagi itu Elis sedang membereskan lapak nasi uduk jualannya. Sambil beres-beres, Elis tak menolak ketika diajak mengobrol soal rumah tangga.
Elis tidak pernah menyangka, Roni yang ia anggap menikahinya berdasarkan cinta tulus sepenuh hati, ternyata hanya memandang fisik dan kecantikan semata. Ketika sudah punya anak dan kecantikan memudar, malah bersikap seperti pepatah habis manis sepah dibuang.
“Dia enggak romantis lagi, di rumah mukanya cuek terus,” katanya.
Padahal, Elis tidak pernah mempermasalahkan fisik dan menerima Roni apa adanya. Bahkan saat menikah dulu, lelaki berbadan gemuk tinggi itu hanya memberikan mahar sederhana, Elis tetap bersedia dan tidak protes. “Tapi balasan dia malah nyakitin,” tukasnya.
Dulu, kata Elis, yang mengejar-ngejar mengajak menikah itu Roni. Sedangkan Elis tidak mau terburu-buru dan masih ingin fokus kerja di pabrik di Cilegon untuk biaya sekolah adik-adiknya. Soalnya, Elis anak pertama dari tiga bersaudara. “Tapi Kang Roni maksa terus sampai beberapa kali ngebujuk ibu saya,” curhatnya.
Maklumlah, waktu itu Elis memang cantik, badannya masih montok plus semok. Apalagi kalau sedang memakai seragam kerja, pasti lekukan tubuhnya terlihat menggoda. Pantesan waktu itu Roni ngebet ngajak menikah. “Setiap kali ketemu di tempat kerja, dia selalu cari perhatian terus ke saya,” akunya.
Karena sering menunda ajakan menikah, Elis pun dinasihati ibunya supaya jangan menyia-nyiakan Roni. Akhirnya, karena tidak mau melawan ibu, Elis pun menerima Roni. Mereka menikah dengan pesta meriah.
Awalnya rumah tangga mereka berlangsung harmonis. Roni menjadi suami bertanggung jawab, semua kebutuhan hidup dan biaya sekolah adik-adik ipar dibantu. Bahkan, saking baiknya, Roni meminta Elis berhenti kerja dan fokus mengurus rumah. “Pokoknya dia manjain saya banget,” katanya.
Singkat cerita, lima tahun kemudian mereka sudah punya anak dua. Karena hidup sejahtera, Elis terlena tidak mengurus bentuk tubuhnya. Sejak itu, kehidupan ranjang bersama suami mulai jarang-jarang. “Biasa seminggu sekali, jadi sebulan sekali,” keluhnya.
Perhatian dan keharmonisan pun tidak pernah lagi diterima Elis. Roni justru sering marah-marah, setiap pulang kerja pasti marah. Ada atau tidak ada masalah, sikap Roni selalu kasar kepada Elis. Karena tidak tahan, Elis yang awalnya diam pun balas membentak. Keributan sering terjadi di antara mereka.
Hingga keributan yang terjadi kesekian kali, Roni pun meluapkan amarahnya dengan mencaci maki bentuk tubuh Elis yang tidak seksi lagi. Kata Elis, suaminya merasa apa yang sudah diberikan tidak sesuai dengan apa yang ia dapatkan. “Dia bilang harusnya istri tuh harus gini, harus gitu, bikin kesal,” tukasnya.
Yang membuat Elis sakit hati, suaminya dengan santai bilang kalau saja tidak kasihan, pasti sudah cari wanita lain yang lebih seksi dan bisa membahagiakan suami. “Sebenarnya pengen cerai, tapi saya enggak mau lihat anak-anak menderita,” katanya.
Ya ampun, sabar ya Teh Elis. Semoga Kang Roni tobat dan bisa terima kekurangan istri. Amin. (mg06/zee/ags)