Banyak cara untuk bisa membaca Alquran. Antara lain dengan metode tilawati yang mudah dan menyenangkan. Ini diungkapkan Ustaz Jumanta, Kepala Tilawati Center Cabang Kota Serang saat menggelar Diklat Standarisasi Metode Tilawati di Masjid Nurul Mustofa, Perumahan Permata Safira Regency, Kota Serang, Ahad-Senin (22-23/12).
Ustaz Jumanta bilang, diklat ini untuk guru-guru Alquran baik di taman pendidikan Alquran, madrasah diniyah, maupun di sekolah formal seperti SD maupun SMP juga majelis-majelis taklim. Kegiatan selama dua hari dimulai 07.30-17.00 WIB ini kurang lebih diikuti 60 peserta.
“Ini merupakan penyelenggaraan ke-49 oleh Tilawati Center Cabang Serang. Mudah-mudahan tahun ini bisa mengadakan diklat menggenapkan sampai 50,” jelas Ketua Tilawati Cabang Serang yang menangani area Kabupaten dan Kota Serang juga Pandeglang dan Lebak yang belum ada cabang ini.
Peserta diklat didominasi dari Kota Serang. Namun ada juga dari Cilegon, Pandeglang, bahkan Malingping. Diklat serupa bukan hanya digelar di Kota Serang, tapi juga di Kabupaten Serang, Pandeglang, juga Lebak. Di Metro, Lampung, pun pernah. Pelaksanaan bisa sebulan sekali bahkan lebih dan tahun ini sudah diadakan 19 kali.
Diklat ini kata dia, bertujuan membimbing guru-guru mengaji agar punya standar bacaan minimal sesuai kaidah ilmu tajwid serta membimbing mereka mengajarkan metode Alquran dengan metode tilawati. Tilawati ini punya ciri khas khusus, yakni diajarkan dengan klasikal, menggunakan alat peraga kalender dan membaca dengan menyimak melalui media buku.
“Harapan kami bisa mengajarkan metode tilawati diawali dengan buku-buku jilid 1 sampai 5, selanjutnya mengajarkan Alquran 30 juz dengan metode tilawati. Ini salah satu metode mengajarkan Alquran agar anak ngajinya fasih dan bertajwid, dengan nada lagu ros, yang datar, naik, dan turun,” jelasnya.
Di Kota Serang saat ini sudah ada lembaga pengguna tilawati. Di awal tahun ada 48 pengguna metode tilawati yang di bawah binaan Tilawati Cabang Kota Serang. Tahun ini kemungkinan lebih dari 50 lembaga yang menggunakana metode ini. “Sejak menggunakan Tilawati, lembaga-lembaga tersebut akhirnya ada perubahan dalam membaca Alquran,” tukasnya. (yogi-zetizen/zee)