SERANG – Naskah kuno Al-Insan Al-Kamil karya ‘Abd al-Karim al-Jili merupakan bukti perhatian besar Kesultanan Banten pada masa Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud ‘Abd al-Qadir pada dunia literasi. Pasalnya, pada masa itu, sultan Banten ke empat tersebut menyalin ulang kitab tersebut dan menerjemahkannya kedalam bahasa Jawa Banten.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Ketua LPPM IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten sekaligus akademisi di Laboraturium Bantenologi, Mufti Ali dalam agenda bedah naskah kuno Insa Kamil di ruang transit pendopo Gubernur Banten, Senin (14/11).
Disalin dan diterjemahkannya naskah kuno tersebut oleh Kesultanan Banten menurut Mufti karena pada saat itu para sultan memiliki ketertarikan untuk mendalami ilmu tasawuf. Selain itu, kitab tersebut pada masa kesultanan dinilai sebagai panduan orang untuk menjadi manusia sempurna.
“Manusia sempurna digambarkannya saat itu seperti nabi Muhammad, Cuma untuk menjadi seperti nabi Muhammad tersebut perlu metode, salah satunya tasawuf, dan di Naskah Insan Kamil membahas hal tersebut,” papar Mufti saat ditemui setelah diskusi bedah naskah.
Mufti melanjutkan, gagasan menulis ulang naskah tersebut dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Jawa Banten oleh Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud ‘Abd al-Qadir menunjukan keinginan sekaligus upaya sultan untuk menjadi masyarakat Banten menjadi sosok baik, bertanggung jawab, memahami ke-ilmuan, dan bijaksana.
“Selain ditulis ulang dan diterjemahkan, naskah Insan Kamil pun pernah diajarkan di kesultanan Banten, kesultan menjadikan naskah Insan Kamil sebagai rujukan, dan keinginan kuat untuk memahami tujuan dari penciptaan tuhan, sekaligus memahami tujuan kenapa manusia itu hidup,” pungkasnya.
Karena peran pentingnya naskah tersebut bagi kesultanan Banten, lanjut Mufti, naskah setebal 1703 halaman tersebut terus disalin oleh sultan dan ulama seterusnya sampai memasuki masa kehancuran Kesultanan Banten. “Saat ini naskah asli hasil karya Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud ada di Leiden, tapi kita sudah berhasil mendapatkan copy-an nya dan sekarang ada di ICMI,” ujarnya.
Sementara itu, Sekjen ICMI Banten, Muhamad Safari menjelaskan, naskah kuno Insan Kamil hasil terjemahan Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud ‘Abd al-Qadir merupakan bukti tingginya peradaban Kesultana Banten. Kemudian dengan adanya bedah naskah ini, pihaknya berharap pemerintah bisa mengambil nilai-nilai luhur yang terkandung dalam naskah maupun sejarah naskah tersebut.
“Kita ingin supaya nilai-nilai budaya Banten termasuk produk peradabannya menjadi dasar pembangunan di Banten, karena nilai-nilai Banten ini sangat luar biasa,” ujarnya.
Menurutnya, pemerintah Provinsi Banten saat ini dan akan datang sebaiknya bisa mencontoh apa yang dilakukan oleh para sultan Banten pada masa kesultanan. Dari naskah ini menunjukan jika sultan sangat memperhatikan dunia pendidikan dan literasi untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
“Spirit ini saya rasa harus dimiliki oleh pemerintahan saat ini atau yang akan datang, dengan itu akan tercipta pemerintahan yang sangat ingat kepada rakyatnya, kepada Tuhannya,” pungkasnya. (Bayu)