SERANG – Sebanyak 50 karya fotografi dan lukis buah karya tangan anak-anak difable atau berkebutuhan khusus dipamerkan di Museum Nasional Banten di Jl. Brigjen K.H Syamun, Kota Serang. Selain itu, kreativitas berupa anyaman dan kreativitas lainnya pun dipamerkan dalam kegiatan yang baru dibuka hari ini, Rabu (21/12).
Jajaran lukisan dan hasil fotografi yang terpampang mengelilingi ruang utama museum tersebut akan dibuka untuk umum hingga tiga hari ke depan. Selain melihat, pengunjung yang tertarik pada lukisan tersebut bisa membelinya.
Ketua Organisasi Masyarakat (Ormas) Perkumpulan Sahabat Difable (Persada), Memi Elmiliasari, selaku penyelenggara mengatakan, pameran ini dibuat untuk menunjukan kepada publik jika anak-anak difable memiliki potensi yang besar serta perlu terus diasah dan dibina. “Karya ini buktinya, semua karya tangan anak-anak yang dibuatnya dalam kurun waktu tahun 2014 hingga sekarang,” ujar Memi di sela-sela pameran siang ini, Rabu (21/12).
“Adapun lukisan yang dijual di pameran ini, hasilnya akan diberikan pada pembuat karya, bukan untuk kita,” tambahnya.
Menurut Memi, anak-anak difable perlu mempunyai ruang dan kesempatan untuk mengekspresikan potensi dalam dirinya, baik itu berupa seni, maupun lainnya. Selain itu, anak-anak difable pun membutuhkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
“Saya rasa selama ini sangat kurang, mungkin tidak ada, fasilitas umum untuk difable, karena itu kita meminta agar dibuatnya Perda (Peraturan Daerah) tentang difable,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Balai Budaya Ujang Rafiudin mengaku sangat mengapresiasi agenda pameran ini. Menurutnya, Balai Budaya akan mendukung siapapun yang ingin menyelenggarakan kegiatan positif seperti ini.
“Saya menilai ini adalah ruang ekspresi anak-anak difable, saya akan mendukung, mungkin sekarang Persada, nanti kelompok atau ormas lain silahkan, akan kita dukung dengan fasilitasi tempat seperti ini,” ujarnya.
Menurut Ujang, pameran seperti ini sangat bagus untuk perkembangan mental dan kepercayaan diri anak-anak difable. Dengan ini, anak-anak difable akan lebih merasa mendapatkan perlakuan yang sama dengan orang normal pada umumnya. Selain itu, kreativitas anak-anak pun akan semakin terasah.
Salah satu remaja difable yang karyanya dipamerkan, Athallah Wafi mengaku sudah lama menyukai seni lukis. Remaja berusia 14 tahun yang akrab disapa Athal ini mengaku belajar melukis secara otodidak.
“Sukanya gambar kartun, sudah banyak di rumah, inspirasinya apa yang dilihat saja,” ujar remaja tunarungu dengan bahasa isyarat yang diterjemahkan oleh sang kakak, Keisha Khalillah Elmian Loupias.
Selain melukis, warga Ciracas, Kota Serang dan siswa di Sekolah Khusus Anak Mandiri ini pun menyukai menari, bahkan dalam kesempatan wawancara Athal tak segan menunjukan bakatnya tersebut. (Bayu)