SERANG – Pawai gebyar panjang mulud yang dihelat Pemkot Serang, Selasa (11/12), berlangsung meriah. Ribuan peserta pawai mengular dari Alun-alun Kota Serang menuju panggung kehormatan di depan Islamic Center, Selasa (11/12).
Walikota Serang Syafrudin mengaku, gebyar panjang mulud ini akan menjadi salah satu ikon Kota Serang. “Apalagi, kegiatan panjang mulud ini dilaksanakan bukan hanya di tingkat Kota Serang, tapi setiap RT, RW, musala-musala, dan masjid,” ujar Syafrudin usai gebyar panjang mulud di depan Islamic Center, Selasa (11/12).
Gebyar panjang mulud ini, lanjut dia, tahun depan akan dilaksanakan lebih meriah lagi dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat. Hanya saja belum dapat dijadwalkan.
Syafrudin berharap, gebyar panjang mulud ini dapat menjadi salah satu cara untuk melestarikan kebudayaan yang ada di Kota Serang. “Untuk itu, setiap tahunnya harus tetap dilaksanakan. Apalagi, ada nilai-nilai budaya yang dapat dicontoh, misalnya kebersamaan,” ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Serang Akhmad Zubaidillah mengatakan, gebyar panjang mulud itu terdiri atas 130 peserta yang berasal dari organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkot Serang, kecamatan, kelurahan, sekolah, hingga instansi vertikal. Hiasan panjang mulud yang ditampilkan para peserta akan dinilai dewan juri dan diumumkan dalam waktu dekat.
Ia mengaku kesulitan apabila membuat jadwal tetap pelaksanaan panjang mulud ini lantaran harus disesuaikan dengan agenda pemerintahan lainnya. Namun untuk menambah kemeriahan gebyar panjang mulud di tahun-tahun mendatang, pihaknya akan bekerja sama dengan OPD lain seperti Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Serang serta Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Serang. Apalagi, kegiatan panjang mulud ini sangat menarik untuk disaksikan masyarakat.
Kata Zubaidillah, tujuan pelaksanaan gebyar panjang mulud itu berkorelasi dengan UU Nomor 5 Tahun 2017, yakni penguatan kebudayaan dan melestarikan adat tradisional dengan membangun kearifan lokal. Selain itu, kegiatan ini juga untuk memperkuat ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah.
“Ini juga sebagai upaya untuk mempererat tali hubungan antara pemerintah, alim ulama, dan masyarakat,” ujarnya. Dengan begitu, tak ada jarak dan sekat antara alim ulama dan masyarakat dengan pemerintah. (Rostinah/RBG)