CILEGON – Wacana sekolah tatap muka yang akan diberlakukan pada bulan Juli mendatang menjadi ladang bisnis oleh sejumlah pihak.
Di Kota Cilegon sendiri, Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Cilegon akan menyarankan kepada seluruh sekolah untuk membeli alat sterilisasi udara yang mengklaim bisa mengurangi pengaruh Covid-19.
Alat penyaring udara yang disarankan oleh Dindik Kota Cilegon itu dibandrol paling murah Rp25 juta untuk satu unit.
Hal itu pun ditanggapi oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Cilegon.
Anggota DPRD Kota Cilegon dari Partai Demokrat Rahmatulloh menjelaskan, arahan untuk membeli alat seterilisasi udara seharga Rp25 juta per unit bisa membebani org tua siswa atau wali murid.
Karena ia meyakini baik sekolah negeri maupun swasta tidak memiliki anggaran sebesar itu demi pengadaan alat-alat tersebut.
“Apalagi dimasa pandemi Covid-19 banyak orang tua yang sedang kesulitan ekonomi, mohon ini juga menjadi perhatian pemerintah untuk dipertimbangkan kembali rencana tersebut,” ujar Rahmatulloh.
Menurutnya Pemkot Cilegon harus bisa memberikan solusi yang bijak jika akan membuka sekokah tatap muka dengan solusi cerdas dan efisien.
Tidak harus membeli alat tersebut tetapi dengan mengatur jam sekolah cukup tiga hingga empat jam.
“Murid perkelas dibagi dua gelombang pagi dan siang supaya jumlah murid dalam satu kelas hanya setengah dari kapasitas kelas,” ujarnya.
Hal senada diutarakan oleh Anggota DPRD Kota Cilegon dari Partai Gerindra Faturohmi. Menurutnya, jika pemerintah tidak membebankan pembelian alat itu kepada wali murid, perlu ada kajian dalam penggunaan sumber anggaran.
Faturohmi tidak yakin jika anggaran pemerintah cukup untuk membeli alat itu, sedangkan di sisi lain banyak masalah pendidikan yang lebih subtansial dan memerlukan perhatian anggaran dari pemerintah.
“Jika akan menggunakan anggaran pemerintah, apakah memungkinkan?
Kami minta pemerintah berkomitmen dalam rangka menyelenggarakan pendidikan tanpa harus membebani siswa, karena beban siswa saat ini pun sudah cukup berat,” ujarnya.
Rahmatulloh dan Faturohmi mendukung rencana sekolah tatap muka, karena dengan kebijakan itu sistem belajar mengajar akan kembali efektif.
Namun sangat disayangkan jika rencana baik itu disisipi kepentingan bisnis oknum atau kelompok tertentu. (Bayu Mulyana)