SERANG – Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) menjadi nomor satu di Kota Serang. Sejak Januari sampai bulan ini, sudah ada 15.746 kasus ISPA yang terdiagnosa di seluruh puskesmas di Kota Serang. Penyakit ISPA itu mayoritas menyerang anak-anak.
Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang Toyalis mengatakan, jumlah penderita ISPA memang lebih banyak dibandingkan penyakit lain. “Ada 32 persen yang menderita penyakit ISPA,” ujar Toyalis, Jumat (23/9).
Kata dia, hampir setiap bulan kasus ISPA ada. Namun, saat pancaroba seperti sekarang ini, ISPA dapat lebih mudah menyerang. Terutama, anak-anak. Ia mengatakan, selain cuaca, bakteri dan virus pun menjadi penyebab ISPA. Untuk itu, kebersihan diri harus dijaga. Apalagi saat pancaroba seperti ini, para anak-anak harus menghindari minum es dan menggunakan masker. “Sebetulnya saat pemeriksaan ke dokter tak perlu cek darah kalau ISPA, kecuali panas tidak turun selama tiga minggu berturut-turut dan disertai batuk pilek,” terangnya.
Ia mengatakan, Dinkes berupaya menekan angka ISPA di Kota Serang dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat. Dari enam kecamatan di Kota Serang, jumlah kasus ISPA paling banyak terjadi di Kecamatan Serang.
Toyalis menguraikan, selain ISPA, penyakit lain yang banyak diderita masyarakat yaitu gastritis dan duodenitis sebanyak 5.967 kasus, hipertensi esensial 5.384 kasus, demam 5.046 kasus, batuk 4.242 kasus, dan dermatitis lain 4.467 kasus. Berikutnya, sakit kepala 3.493 kasus, penyakit pulpa dan periapikal 2.045 kasus, arthritis lain 1.858 kasus, serta gangguan gigi 1.459 kasus.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Seksi Penanggulangan Penyakit Dinkes Kota Serang dr Muhamad Affan mengatakan, tahun ini juga terjadi peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD). Hanya saja, peningkatan kasus itu tak terjadi di Kota Serang saja, tapi seluruh daerah di Indonesia. “Misalnya saja, di Januari tahun 2015 jumlah kasus DBB sebanyak 45, tahun ini meningkat menjadi 102 kasus. Peningkatannya cukup signifikan,” ujarnya. Untuk itu, pihaknya terus memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk memberantas jentik dan sarang nyamuk.
Kata dia, lantaran penyakit DBD adalah penyakit menular maka begitu ada masyarakat yang terkena langsung dicek Dinkes. “Masyarakat sekitar langsung kami berikan penyuluhan agar jangan sampai ada sarang nyamuk,” terang Affan. Sementara, pengasapan adalah alternatif terakhir yang diberikan kepada lingkungan sekitar penderita DBD. (Rostina/Radar Banten)