APLIKASI pesan instan WhatsApp baru saja mengeluarkan fitur terbaru. Aplikasi yang sahamnya dimiliki Facebook ini mencoba menerapkan teknologi enkripsi (antisadap) agar percakapan antar pengguna terlindungi.
eknologi enkripsi saat ini memang tengah menjadi tren, setidaknya dalam setahun terakhir. Tren peretasan atau penyadapan bahkan mulai menyerang korporasi multinasional.
Penjelasan resmi WhatsApp menyebut bahwa proteksi yang dikembangkan adalah protokol enkripsi end-to-end. Fitur ini berfungsi agar pesan tidak bisa dibaca maupun disadap oleh pihak ketiga dan bahkan tidak bisa dibaca oleh WhatsApp sendiri. Pesan tersebut hanya bisa dibaca oleh penerima yang dituju, termasuk layanan telepon, gambar, video dan pesan suara.
Mantan ketua tim pengamanan IT Kepresidenan Pratama Persadha mengungkapkan bahwa teknologi enkripsi yang dikembangkan WhatsApp belum 100 persen aman. Pendiri lembaga riset keamanan cyber CISSReC (Communication and Information System Security Research Center) ini menyebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan.
“Enkripsi macam apa yang digunakan oleh WhatsApp ini? Apakah pertukaran kuncinya masih bersifat plain atau tidak? Perlu diperhatikan juga ada potensi man in the middle attack yang tetap bisa mencuri informasi,” kata Pratama, Senin (11/4/2016).
Menurutnya akan lebih baik bila menggunakan algoritma enkripsi yang sudah dibuat atau dikembangkan sendiri. “Kalaupun memang menggunakan algoritma enkripsi open source, sebaiknya diubah lagi untuk memperkuatnya,” katanya. (le/RBOnline)