TANGERANG – Praktik prostitusi ditengarai tumbuh subur di daerah pinggiran Bandara Soekarno-Hatta. Tepatnya di Kelurahan Selapajang, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. Bisnis lendir itu berkedok warung remang-remang alias warem.
Berdasarkan Pantauan Radar Banten, Rabu (29/11) lalu, sejumlah warem berdiri di sepanjang Jalan Perimeter Utara Bandara Soekarno-Hatta. Di beberapa warem, nampak sejumlah wanita muda sedang nongkrong.
Warem-warem tersebut sudah buka sejak siang hari. Sejumlah wanita yang diduga pekerja seks komersial (PSK) juga sudah nongkrong di sana. Selain menyediakan, kopi, mi instan, dan minuman ringan, beberapa warem menyediakan kamar untuk dipakai eksekusi.
Selintas, warem tersebut seperti warung kopi biasa saja. Namun, jika diperhatikan dengan seksama, di sekitar warem terdapat rumah yang diduga dijadikan tempat melepaskan syahwat.
Sekretaris Camat Neglasari Ahmad Riki Fauzan mengakui praktik prostitusi masih subur di Selapajang. Dia menjelaskan, pihak kecamatan sudah mengirimkan surat kepada PT. Angkasa Pura II agar warem ditertibkan. Surat itu dilayangkan, karena warem tersebut berdiri di atas lahan yang menjadi kawasan otoritas bandara.
”Karena itu tanah bandara, kita (kecamatan-red) tidak bisa melakukan penertiban. Ibaratnya, itu rumah tangga orang. Kita enggak bisa semena-mena ambil tindakan. Biar bola panasnya ada di sana,” kata Riki.
Di Kota Tangerang sendiri, perang terhadap miras dan pelacuran ditandai dengan diterbitkannya Peraturan Daerah No.7 dan 8 tahun 2005 tentang Miras dan Pelarangan Pelacuran.
Keberadaan praktik prostitusi, tentunya sangat meresahkan warga. Sejumlah warga mengaku merasa khawatir anak-anaknya bisa terkontaminasi.
”Mereka mah terang-terangan mainnya. Kadang di depan anak-anak juga pada cumbu-cumbuan enggak tahu malu sudah kayak binatang,” ujar Oom (50), istri Ketua RT 05.
Oom selalu merasa khawatir ketika malam mulai menjelang. Ia menjelaskan, nyaris setiap malam ada saja lelaki yang tidak dikenal keluar masuk kampungnya. Parahnya lagi, mereka seliweran dalam kondisi mabuk minuman keras.
”Tiap malam kadang ada saja yang berantem. Teriak-teriak minta tolong, takut tiba-tiba masuk rumah, kalau pada mabuk begitu,” paparnya.
Perempuan berambut kriting ini, mengutarakan bahwa kampungnya merupakan daerah yang tidak aman. Dia berharap pemerintah mau memberantas praktik kotor ini.
Senada dengan Oom, Suhedi (48) mengungkapkan praktik prostitusi ini sudah berjalan bertahun-tahun. ”Percuma, dirazia juga sebulan, dua bulan iya sepi. Nanti enggak lama juga ada lagi,” ujarnya.
Suhedi berharap agar pemerintah kota dapat tegas menyikapi hal ini. Sebab bagi Suhedi, berapa kali pun warga melaporkan, solusinya adalah ketegasan pemerintah. Menurut Ketua RW 05 Kelurahan Selapajang, Ramon, wanita PSK yang melayani praktik prostitusi adalah warga pendatang. (mg-17/asp/RBG)