CILEGON – Kemarau panjang yang melanda Cilegon membuat beberapa daerah mengalami kekeringan. Namun, hingga saat ini pasokan air untuk masyarakat dan industri di Kota Cilegon yang disuplai PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI) masih aman, minimal hingga Oktober 2018.
Direktur Utama PT KTI Agus Nizar Vidiansyah mengatakan, kemarau ini cukup berpengaruh terhadap ketersediaan air di Waduk Krenceng milik PT KTI. Tetapi saat ini KTI masih bisa melayani semua kebutuhan konsumen maupun masyarakat karena KTI memiliki cadangan air di Waduk Krenceng sekira tiga juta meter kubik. “Kalau musim kemarau berlangsung normal, sekira tiga bulan atau empat bulan, KTI masih bisa menjamin pasokan air bersih di Kota Cilegon aman,” kata Agus kepada Radar Banten, Jumat (31/8).
Agus menambahkan, saat ini debit air di Waduk Krenceng dan water treatment plan (WTP) Cidanau juga mengalami penyusutan akibat kemarau. Namun, pasokan air untuk masyarakat dan industri di Kota Cilegon masih tergolong aman. “Misalnya, debit air di WTP Cidanau kalau musim hujan bisa 2.500 sampai 4.000 liter per detik. Kalau di musim kemarau sisanya itu bisa sampai 1.200 liter per detik. Padahal pelanggan KTI itu mengharapkan KTI menyiapkan air hingga di atas 1.600 liter per detik. Kekurangan 400 liter itu kita ambil dari Waduk Krenceng. Masalahnya, ketersedian air di Waduk Krenceng hanya bisa bertahan hingga Oktober nanti,” imbuhnya.
Pelanggan KTI untuk bidang industri lebih dari 100 industri. Hampir semua industri di Cilegon merupakan pelanggan KTI. “Kalau PT Krakatau Steel (KS) hanya menggunakan 14 persen air KTI. Masyarakat menggunakan 230 liter per detik air KTI melalui PDAM CM. Jadi ketersediaan air milik KTI lebih banyak digunakan untuk masyarakat Cilegon,” tutur Agus.
Kebutuhan air di Kota Cilegon, lanjutnya, luar biasa tinggi. Menurut Kementerian PUPR, 2035 dibutuhkan hinga 4.900 liter per detik. “Nah, KTI saja sekarang ini baru bisa menyediakan 2.400 liter per detik. Rencananya KTI akan meningkatkan menjadi 3.000 hingga 3.500 liter per detik hingga empat tahun mendatang. Kalau KTI intinya siap saja menyalurkan air untuk keperluan masyarakat Cilegon melalui PDAM CM. Kalau air bakunya ada, silakan saja. Toh ini untuk keperluan masyarakat,” tandas Agus.
Sementara itu, anggota DPRD Kota Cilegon, Endang Efendi mengungkapkan, pemerintah perlu memikirkan kebutuhan air bagi masyarakat bila kemarau berkepanjangan. Selain itu, pemerintah juga perlu mengkaji ketersedian air sebelum membangun infrastruktur jaringan air. Perlu diperhatikan adalah sumber air baku. Saat ini PDAM CM masih mengandalkan air dari KTI. “Mau tidak KTI nya, bicarakan dulu dengan KTI. Kalau sumber airnya sudah ada baru membicarakan jaringan. Secara prinsip saya mendukung pembangunan jaringan pipa, tapi harus diperhatikan dulu sumber airnya,” ucapnya. (Andre AP/RBG)