Oleh: Dr H. Muhammad Soleh Hapudin, M.Si
Bulan Ramadan adalah bulan pendidikan (syahrut tarbiyah) yang mendidik kita agar terbiasa melakukan berbagai amal salih, menjadi lebih baik dan meninggalkan segala maksiat yang merugikan diri sendiri.
Harusnya setelah Ramadan, seorang muslim menjadi lebih baik, akan tetapi ada juga orang yang setelah Ramadan kembali menjadi buruk bahkan lebih buruk dari sebelumnya.
Namun pernak kah kita sadari bahwa mengerjakan hal tersebut seharusnya bukan hanya di bulan Ramadan. Banyak di antara kita seakan akan baru mengenal Allah di bulan Ramadan. Datang ke masjid melaksanakan salat berjamaah, baik yang wajib maupun sunah hanya di bulan Ramadan. Salat lima waktu rajin. Subuh, Duhur, Asar, Magrib sampai Isya tak tertinggal. Ditambah salat sunah baik rawatib, tahajud, duha, dan lain sebagainya. Namun sayang itu ia kerjakan hanya di bulan Ramadan.
Sebelas bulan yang akan datang ia tidak pernah kerjakan lagi begitu juga dalam hal membaca Al Qur’an, rajin membaca Al-Qur’an hanya di bulan Ramadan di luar Ramadan dia tidak pernah lagimembaca Al-Qur’an.
Pada hakikatnya puasa merupakan salah satu bentuk ibadah yang memiliki sejarah sangat panjang. Sebelum Allah SWT mewajibkan puasa kepada umat muslim melalui Rasulullah SAW, puasa telah menjadi tradisi umat-umat terdahulu. Allah telah mewajibkan, puasa kepada Yahudi selama 40 hari, kemudian umat Nabi Isa selama 50 hari.
Mengapa demikian, karena berpuasa merupakan jalur singkat mengenal Allah SWT. Sesungguhnya lemahnya fisik yang timbul ketika berpuasa merupakan, kondisi yang sangat ideal untuk mendekatkan diri kepada Allah. Karena dengan fisik yang lemah, akan surutlah segala macam keinginan dan nafsu manusiawi. Dan ketika manusia telah terbebas dari nafsu, maka ia akan menjadi suci dan mudah berkomunikasi dengan Allah Yang Maha Suci.
Berpuasa yang menjadikan lemahnya fisik, merupakan jalur termudah untuk membunuh dan mengurangi nafsu yang secara otomatis bisa dimanfaatkan untuk mempermudah diri mendekati Allah SWT.
Jika Ramadan telah mengajarkan kita untuk mengenal Allah, maka Idul Fitri ibarat puncak tujuan bahwa kita betul-betul diharapkan sudah kembali mengenal Allah.
Setelah kita mengenal Allah, tugas terbesar saat ini adalah bagaimana cara merawatnya, jangan sampai kita hanya mengenal Allah hanya saat Ramadan saja, sebagaimana yang disampaikan oleh seorang ulama saleh terdahulu yaitu Bisyr Al-Hafi:
“Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah di bulan Ramadan saja. Ingat, orang yang saleh yang sejati adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh sepanjang tahun.” (Lathaif Al-Ma’arif, h. 390)