CINANGKA – Ribuan warga tumpah ruah turun ke sungai untuk menangkap ikan di aliran Sungai Cidano pada acara Ngagurah Dano di Desa Rancasanggal, Kecamatan Cinangka, Minggu (28/7). Rangkaian kegiatan Anyer Krakatau Culture Festival yang digelar Pemkab Serang itu dalam rangka melestarikan tradisi lokal menangkap ikan di aliran Sungai Cidano.
Kegiatan Ngagurah Dano dihadiri Wakil Bupati Serang Pandji Tirtayasa dan pejabat lainnya di lingkungan Pemkab Serang. Dalam sambutannya Pandji mengatakan, tradisi Ngagurah Dano pertama kali digelar Pemkab Serang pada 2018 dan sudah menjadi kebiasaan warga yang berada di aliran Sungai Cidano, perbatasan Desa Rancasanggal, Kecamatan Padarincang dan Desa Cikolelet, Kecamatan Cinangka.
“Ngagurah Dano ini tradisi turun temurun nenek moyang, tradisi dari kearifan lokal yang harus kita jaga dan pertahankan sehingga menjadi agenda tahunan Pemkab Serang,” ujar Pandji dalam siaran pers yang disampaikan Dinas Komunikasi dan Informatika Persandian dan Statistik (Diskominfosantik) Kabupaten Serang, kemarin.
Teknik kegiatan, dijelaskan Pandji, warga turun meruah ke sungai menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap ikan tradisional seperti tadah, jala, ganco, sair dan sambet.
“Kita sudah tebar sekitar satu ton ikan untuk membuat acara semakin meriah,” ungkapnya.
Pada kegiatan juga digelar bancakan membakar ikan bersama. Menurut Pandji, filosofi Ngagurah Dano adalah kebersamaan, kesabaran, dan sikap arif terhadap alam karena warga bersama-sama mengambil ikan untuk kebutuhan konsumsi pada saat itu juga.
“Ikannya dimakan bersama-sama, selebihnya dibawa pulang untuk keluarga,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Cikolelet, Kecamatan Cinangka, Ojat Darojat mengatakan, Ngagurah Dano biasa digelar pada Juli atau Agustus dan dilaksanakan pada puncak kemarau.
“Ikan yang didapat biasanya ikan gabus, tawes, ikan mas, nila, nilem, lele, udang, dan beunteur ” katanya.
Kata Ojat, tradisi Ngagurah Dano di Banten hanya dilaksanakan di Kabupaten Serang. “Saya berharap pemerintah menangkap potensi ini sebagai kearifan lokal, sekaligus potensi pengembangan pariwisata daerah,” harapnya. (zai/ira)