PAMARAYAN – Hujan deras yang disertai angin kencang di Kecamatan Pamarayan pada Selasa (2/6), menyebabkan satu rumah semi permanen milik Ahmad Jeni (38), warga Kampung Pamonggor, Desa Sangiang, Kecamatan Pamarayan ambruk. Tidak ada korban jiwa akibat peristiwa tersebut.
Pantauan Radar Banten, Rabu (3/6) di lokasi kejadian, satu unit bangunan rumah yang disapu angin kencang rata dengan tanah. Genting dan bilik dinding bangunan rumah berserakan. Tampak pemilik rumah dan warga sibuk membersihkan puing-puing bangunan.
Warga setempat, Samudi mengatakan bahwa rumah tetangganya ambruk setelah wilayah dilanda hujan deras yang disertai angin kencang. Menurutnya, rumah ambruk selain disapu angin kencang juga karena bangunannya sudah lapuk. Katanya, warga juga pernah memperingatkan Ahmad Jeni agar tidak menempati rumah khawatir ambruk. “Akhirnya itu rumah ambruk kan kena angin kenceng,” ujarnya.
Saat kejadian, diungkapkan Samudi, Ahmad Jeni beserta istri dan dua anaknya sudah mengungsi ke rumah tetangga. Setelah rumah ambruk, warga langsung melaporkan kejadian kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Serang. “Enggak ada korban jiwa,” tegasnya.
Sambil menunggu tim BPBD tiba di lokasi kejadian, ia dan sejumlah warga ikut membantu korban membersihkan puing-puing bangunan. “Saat ini Jeni tinggal di rumah saudaranya enggak jauh dari sini (lokasi kejadian-red),” katanya.
Terkait itu, Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Serang, Nana Sukmana Kusuma mengaku, pihaknya sudah mengirimkan anggotanya untuk melakukan validasi data di lokasi kejadian. “Kondisi rumah rusak berat,” ungkapnya.
Nana mengimbau, warga tetap waspada ketika curah hujan tinggi seperti sekarang ini. Ia meminta, warga dan pemerintah desa melakukan tindakan preventif untuk meminimalisasi munculnya korban. “Kalau rumahnya memang sudah mau ambruk, sebaiknya jangan ditempati lagi,” imbaunya.
Pada bagian lain, satu unit rumah di Kampung Lianglandak, Desa Cikeusal, Kecamatan Cikeusal terancam terkena longsor, diduga dampak dari proyek pembangunan Tol Serang-Panimbang. Pantauan Radar Banten, tepat di depan rumah warga di Kampung Lianglandak bekas urukan kegiatan proyek. Kondisi itu menyebabkan akses jalan menuju rumah menjadi terjal dan berbahaya.
Pemilik rumah Fuji mengaku, sudah mengajukan permintaan ganti rugi lahan sejak 2018. Namun, pengajuannya ditolak pelaksana proyek dengan dalih lahan rumah jauh dari trase jalan tol. Pada 2019, jalan di depan rumah warga itu digali untuk pemasangan paku bumi sebagai akses jembatan warga. “Pas ada getaran dari aktivitas pemasangan paku bumi bikin rumah saya retak, kamar tidur ambruk terbelah dua,” keluhnya.
Lantaran itu, kata Fuji, Pemerintah Desa Cikeusal mengajukan data tambahan rumah warga yang terdampak proyek dan semua berkasnya langsung diserahkan kepada pelaksana proyek. Namun tidak direspons sampai tanah depan rumah longsor akibat hujan deras. “Saya tinggal sama istri. Untung longsornya enggak sampai rumah,” tukasnya.
Kata Fuji, pada Ramadan kemarin sempat ada pertemuan antara pihak pelaksana proyek dengan pihak keluarga yang merasa dirugikan. Dari hasil musyawarah, diputuskan oleh pelaksana proyek agar warga mengosongkan rumahnya dengan alasan keamanan dan keselamatan. “Waktu itu, kita diminta jangan khawatir enggak diganti, katanya datanya sudah masuk,” ujarnya.
Namun, lanjutnya, Fuji dan keluarganya sampai saat ini belum mendapat ganti rugi. “Tidak ada ganti rugi, malah disuruh menunggu,” kesalnya.
Camat Cikeusal, Iman Saiman mengaku, pihaknya sudah meminta Pemerintah Desa Cikeusal menyelesaikan persoalan warga yang terdampak proyek tol. Iman menyayangkan, sikap pelaksana proyek yang belum juga memberikan ganti rugi. “Katanya sudah penetapan lokasi dan diminta pindah, tapi pembayarannya malah belum,” ujarnya.
Iman berjanji, akan terus mengawal persoalan tersebut agar pemilik rumah mendapatkan haknya. Ia berharap, pihak pelaksana proyek tol segera membayarkan ganti rugi. “Semoga masalah ini cepat selesai,” harapnya. (mg06/zai)