Setelah tak mampu mempertahankan rumah tangga dengan istri pertama, Luyo (45), nama samaran, mengira apa yang diyakini selama ini dengan meminang perawan tetangga kampung, sebut saja namanya Inem (35), akan membawa kebaikan bagi hidupnya.
Namun, apalah daya, entah karena masih ada rasa atau memang kebetulan semata, berdasarkan keterangan Inem, sikap Luyo kepada sang mantan istri jauh lebih perhatian dibanding kepadanya. Karena hal itulah, di usia Inem ke-29 tahun dan Luyo 39 tahun, rumah tangga mereka goyah. Perjanjian cinta sehidup semati seakan musnah. Astaga, kok bisa begitu sih Teh?
“Ya habis dia kayak enggak menghargai saya. Apa-apa yang diduluin perempuan yang sana. Padahal sudah cerai, harusnya dia mikir begitu. Ada saya di sini,” curhat Inem kepada Radar Banten.
Seperti diceritakan Inem, Luyo memang tak memiliki paras tampan nan memesona, sikap dan karakternya yang lembut tapi tegas membuat siapa pun wanita mudah jatuh hati padanya. Ya, katanya, sejak muda, lelaki yang memiliki tubuh tinggi atletis itu selalu menjadi perhatian di kalangan teman-temannya.
Bahkan tak heran, dahulu Luyo juga pernah menjabat sebagai ketua RT di kampungnya. Dengan pekerjaan tetap di salah satu pabrik swasta di Kabupaten Serang, Luyo menjalani hari layaknya masyarakat pada umumnya. Tapi, bedanya, kalau untuk urusan cinta, Luyo termasuk lelaki yang mudah tergoda. Aih, yang kayak begini nih yang bahaya.
“Ya namanya manusia mah enggak ada yang sempurna, Kang. Tapi kalau dengan saya sih, dia ngakunya bukan cuma soal kegoda atau enggak, tapi dulu bilangnya karena sayang dan cinta,” terang Inem bangga.
Lain luyo lain juga dengan Inem. Wanita yang memutuskan tak melanjutkan pendidikan setelah lulus SMA itu awalnya memilih bekerja demi membantu ekonomi keluarga. Namun lantaran Luyo yang dekat dengan sang ayah yang merupakan sesepuh kampung, dijodohkanlah keduanya.
Kalau untuk urusan penampilan, sebenarnya Inem bukan perempuan biasa. Entah memang sudah faktor keturunan atau memang perawatan yang baik, postur tubuh Inem tak seperti wanita seusianya. Ia jauh lebih segar dan kencang. Layaknya gadis kembang desa, ia cantik dan menggoda.
Hingga suatu hari, sepulang Inem bermain bersama teman-temannya. Sudah ada kendaraan roda dua terparkir di depan rumah. Ketika masuk, tampak seorang lelaki dewasa yang sedang curhat kepada ayahnya terkait urusan rumah tangga. Lelaki itu tak lain ialah Luyo. Katanya, ia memang menganggap ayah Inem seperti seorang guru yang kerap dimintai nasihat. Oh begitu.
Seminggu kemudian, Luyo datang lagi. Dengan wajah murung bak prajurit yang kalah berperang, ia mengaku, rumah tangganya sudah bubar alias cerai. Kebetulan, Inem datang membawakan minuman. Parahnya, ya namanya lelaki, tak bisa melihat wanita cantik sedikit. Luyo menatap Inem dengan raut penuh harap.
Ditegurnya Luyo oleh sang guru yang tak lain ayah Inem. Sontak ia kebakaran jenggot dan lekas meminta maaf. Meski begitu, tak bisa dibohongi, Inem memang menarik perhatian. Hebatnya, seakan tak paduli pada keadaannya saat itu, Luyo nekat meminta restu ingin menikahi Inem. Waduh, keren amat nih Kang Luyo.
Singkat cerita, meski awalnya sempat menimbang-nimbang, Akhirnya Inem dan keluarga bersedia. Dua bulan setelah perceraian Luyo dengan istri pertamanya, ia datang ke rumah Inem dengan membawa keluarga serta janji suci pernikahan. Mengikat janji sehidup semati, keduanya resmi menjadi sepasang suami istri.
“Ya saya juga awalnya enggak mau. Tapi, enggak tega sama bapak sudah tua dan ingin melihat saya menikah. Lagian teman-teman juga ada beberapa yang menikah muda, jadi, ya sudah deh,” aku Inem.
Di awal pernikahan, baik Inem maupun Luyo sama-sama saling menjaga perasaan. Diakui Inem, Luyo termasuk sosok suami bertanggung jawab. Memberi nafkah lahir batin, membuat cinta perlahan tumbuh seiring berjalannya waktu. Rumah tangga mereka pun tampak harmonis.
Meski begitu, perjalanan awal rumah tangga mereka bukanlah hal mudah. Mengingat status Luyo sebagai duda yang menikahi Inem tak lama setelah cerai. Nada-nada nyinyir dari beberapa orang sempat menguak di permukaan. Aih, ada apa Teh?
“Ya biasalah, dulu tuh ada saja yang nyinyir, Kang. Ngatain saya perebut suami orang lah, wanita enggak bener lah. Uh, saya sampai stres waktu itu,” curhat Inem.
Berjalan dua tahun usia pernikahan, Inem dan Luyo dikaruniai anak pertama. Dengan kehadiran bayi lucu di kehidupan mereka, membuat rumah tangga semakin berwarna. Mereka yang tinggal di rumah orangtua Inem pun seakan menjadi keluarga paling bahagia di dunia.
Namun, apalah daya, tahun ketiga usia pernikahan, keharmonisan dan perhatian di awal seolah memudar. Hal itu dirasakan Inem saat sang suami mulai sering datang ke rumah mantan istrinya. Dengan alasan memberi uang jatah ketiga anaknya dari istri pertama, Luyo seenak hati datang dan pergi. Atuh wajar kali Teh kalau menjenguk anak-anak mah.
“Saya juga awalnya mah biasa saja. Tapi, pas dia mulai membelikan motor, terus kasih uang buat renovasi rumah dan keperluan sehari-hari mantan istrinya, ya saya jadi kesal, Kang,” tukas Inem.
Mencoba mengutarakan isi hati, Inem berbicara baik-baik kepada Luyo. Namun, apalah daya, mungkin karena lelah bekerja, sang suami hanya diam dan hanya menanggapi sekenanya. Inem pun emosi. Dibentaknya Luyo sambil ngomel menjelek-jelekkan sang mantan istri Luyo. Tak terima Inem berkata kasar, Luyo ikut naik darah, keributan tak dapat dihindari.
Apesnya, keesokan hari saat Luyo bekerja, bagai menyulut api peperangan, salah seorang tetangga mengatakan Luyo berencana menikahi lagi istri pertamanya. Ya sudah, Inem semakin membara. Tanpa seizin suami, ia pergi ke rumah istri pertama Luyo sambil marah-marah.
“Ya saya omelin supaya jangan ganggu suami saya, eh dia malah ngebalikin omongan saya. Nuduh kalau saya yang ganggu rumah tangga dia dulu,” kata Inem.
Sorenya, genderang peperangan belum usai. Luyo yang sudah terlanjur mendengar keributan itu pun tak bisa menahan emosi untuk tidak memarahi Inem. Ujung-ujungnya, seolah tak lagi peduli pada sang mertua, Luyo dengan entengnya mengucap kata cerai. Sampai saat ini Luyo masih sendiri, meski kerap datang ke rumah mantan istri pertamanya. Aih.
Sabar ya Teh Inem, semoga diberi jalan terbaik dengan kehadiran suami baru yang lebih bisa menjaga perasaan istri. Amin. (daru-zetizen/zee/ira)