JAKARTA – Nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan. Pada perdagangan Jumat (31/8), rupiah diperdagangkan di level Rp14.725 per dolar Amerika Serikat (AS). Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat rupiah melemah 56 poin dari posisi Rp14.655 menjadi Rp14.711 per dolar AS pada perdagangan, kemarin.
Analis riset Forex Time Lukman Otunuga menyebut, rupiah menjadi salah satu mata uang Asia berkinerja paling buruk pada 2018 di tengah masalah perang dagang global dan ekspektasi kenaikan suku bunga AS membebani pasar berkembang.
“Rupiah tetap melemah meski Bank Indonesia sudah meningkatkan suku bunga sebanyak empat kali sejak Mei guna menyelamatkan mata uang Indonesia,” ujarnya, Jumat (31/8), seperti diberitakan JawaPos.com.
Data BI mencatat suku bunga acuan (BI 7 day Repo rate) telah naik sebanyak empat kali dari 4,5 persen pada 17 Mei 2018 menjadi 5,5 persen pada 16 Agustus 2018.
Menurut Lukman, Bank Sentral AS Federal Reserve diprediksi kembali meningkatkan suku bunga pada September dan dolar akan stabil sehingga rupiah berpotensi terus melemah.
Di samping itu, lanjutnya, euforia awal dari kesepakatan dagang AS-Meksiko agak tertutupi oleh kekhawatiran yang semakin besar bahwa hubungan dagang AS-Tiongkok semakin memburuk.
“Karena perhatian investor kembali tertuju pada kurangnya perkembangan negosiasi panjang antara Amerika Serikat dan Tiongkok,” tuturnya.
Kegelisahan mengenai perang dagang global dapat kembali meradang apabila pemerintahan Trump meningkatkan tarif pada USD200 miliar barang Tiongkok pada 5 September ini. (JPG)