Salad sudah terkenal dan menjadi makanan sehat orang Romawi dan Yunani Kuno. Kata salad berasal dari bahasa Latin, yakni sal yang berarti garam, lalu diserap ke dalam bahasa Perancis sehingga menjadi salade, barulah diserap bahasa Inggris, menjadi salad pada abad ke -14.
Hingga sekarang, salad tetap eksis dan menjadi makanan favorit semua kalangan. Termasuk di Indonesia, salad mulai dikreasikan menjadi banyak jenis dan rasa, serta campuran saus yang beraneka ragam. Di Banten, salad ini menjadi makanan sehat yang banyak diburu, sudah banyak kafe atau kedai yang menyediakan menu salad. Tak heran pebisnis salad mudah kita temukan.
Salad buah belakangan ini menjadi kudapan yang semakin digemari masyarakat. Rasanya yang segar dan manis, cocok sebagaimakanan pembuka, penutup, atau sekadar untuk snacking time. Seiring meningkatnya permintaan pasar, berbagai brand salad buah lokal mulai bermunculan di mana-mana. Salah satu owner yang sukses melihat peluang ini adalah Rasidah Novita Sari. Pemilik brand Diva salad buah ini memulai bisnisnya sejak 3 Agustus 2019 lalu.
Berawal dari hobi, Novita yang menyukai buah, tetapi sangat menyukai makanan berat ini, mulai berpikir untuk diet karena berat badan bertambah. “Saya berinisiatif membuat asupan buah yang siap santap tanpa harus sulit dan repot memotong buah. Terpikirlah untuk membuat salad buah yang bisa dikonsumsi setiap saat dan dapat bertahan hingga dua hari ke depan,” tuturnya.
Buah yang disajikan bervariasi, mulai dari melon, mangga, pear, apel, kiwi, jeruk sunkist, anggur, stroberi, kelengkeng dengan tambahan jelly dan nata de coco. Sedangkan untuk saus, Novita menggunakan yogurt, mayonaise, susu kental manis, dan taburan keju dengan racikan rahasia.
Salad buah yang dapat dipesan online melalui @diva.saladbuah ini, baru saja mengikuti pameran Gelar Karya Provinsi Banten 2019. Respons dari masyarakat cukup tinggi sejak hari pertama hingga terakhir. “Alhamdulillah, saya merasakan respons yang sangat luar biasa. Ratusan cup salad buah Diva habis dalam tempo tiga hari sepanjang pameran. Bahkan, di Minggu pagi salad buah Diva pengiriman pertama sudah habis di jam 10 pagi,” tambahnya.
Novita yang mengaku mengawali produksi salad buah ini sendiri akhirnya mulai mengajak teman. “Seiring berjalan waktu dan meningkatnya minat masyarakat untuk mengonsumsi salad buah Diva, akhirnya saya meminta bantuan teman agar produksi harian salad Diva lebih banyak lagi,” tuturnya.
Lia Amaliyatul Islami owner @pawonmamalia menjadikan salad sebagai bisnis. Berawal dari keisengan suka membuat salad sendiri, Lia mencoba mencari peruntungan lewat salad. “Iseng-iseng aja post di Instagram story hasil salad buah buatan sendiri, tahunya banyak komentar positif, terlebih banyak yang suka buah dibandingkan sayur. Dan ada salah satunya menyuruh untuk jualan salad buah. Akhirnya jualanlah Salad Buah Mamalia,” tutur Magister Psikologi Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Lia menambahkan, bahan buah yang digunakannya adalah melon, mangga, apel, pir, anggur, buah naga, stroberi, dan jelly. “Untuk harga, kita menyesuaikan kantong, dan porsinya pun banyak. Ada dua topping, keju, cokelat, atau mix,” jelas cewek 25 tahun itu.
Sedangkan Yulia Mayang Sari, owner Dapur Yulia, memilih bisnis salad buah karena lebih banyak peminatnya. “Lagi ngehits juga dibanding salad sayur dan mudah dibuat. Tempat jualan biasanya di kedai, ada juga reseller jadi lebih mudah buat mempromosikan,” ungkap mahasiswi semester 7 UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten itu.
Yulia mengaku, ia memberikan harga ekonomis terlebih ruang lingkup pembeli tak jauh dari mahasiswa dan anak sekolah. “Ekonomis, ukuran tempat juga lebih besar dan buahnya komplit. Ada semangka, melon, pir, apel, anggur, kelengkeng, mangga, kiwi, dan jely manohara. Sausnya, aku pakai mayonaise, susu, yogurt, dan topingnya keju, kiwi, strawberry,” jelas mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam itu.
Nah, sejak lama Indonesia pun memiliki salad. Salad ala Indonesia sendiri dikenal dengan nama acar, gado-gado, karedok, dan pecel. Makanan ini sebut saja salad tradisonal namun sangat mudah ditemukan di seluruh kota Indonesia dan disantap bersama bumbu dan saus kacang dengan tambahan seperti tahu, tempe, dan kerupuk. Jenis salad versi Indonesia lainnya ialah rujak yang terdiri dari buah-buahan yang disantap dengan saus kacang pedas.
Karedokinimakanan khas daerah Jawa, tepatnya Jawa Barat. Masakan ini sangat unik karena semua sayuran dalam keadaan segar, tanpa melalui proses pemasakan sehingga kandungan gizi dan seratnya sangat padat.
Tidak jauh dari karedok, pecel pun sebenarnya salad ala Indonesia. Pecel atau pecal ini makanan yang menggunakan bumbu sambal kacang sebagai bahan utamanya yang dicampur dengan aneka jenis sayuran. Makanan ini populer terutama di wilayah Jogjakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Asal kata dan daerah pecel belum diketahui secara pasti. Dalam bahasa Jawa, pecel dapat diartikan sebagai ‘tumbuk’ atau ‘dihancurkan dengan cara ditumbuk.
Konsep hidangan pecel mirip dengan hidangan salad. Keduanya sama-sama menggunakan sayuran segar sebagai bahan utama dan menggunakan dressing. Perbedaannya adalah, jika kebanyakan salad menggunakan mayones sebagai dressing, maka pecel menggunakan sambal pecel. Makanan ini juga mirip dengan gado-gado, walau ada perbedaan dalam bahan-bahan yang digunakan.
Pecel lebih dikenal makanan khas Kota Madiun, Jawa Timur, yang terbuat dari rebusan sayuran berupa bayam, tauge, kacang panjang, kemangi, daun turi, krai (sejenis mentimun) atau sayuran lainnya yang dihidangkan dengan disiram sambal pecel.
Konsep hidangan pecel mirip dengan hidangan salad dari Eropa. Keduanya sama-sama menggunakan sayuran segar sebagai bahan utama dan menggunakan topping. Perbedaanya adalah, jika salad menggunakan mayonaise sebagai topping, maka pecel menggunakan sambel pecel. Bahan utama dari sambal pecel adalah kacang tanah dan cabai rawit yang dicampur dengan bahan lainnya seperti daun jeruk purut, bawang, asam jawa, merica, dan garam. (najla-dyah-haikal zetizen/zee)