Hindari Klaster Sekolah
SERANG – Kabupaten kota yang merencanakan menggelar belajar tatap muka di dalam kelas pada Januari 2021 kembali dibatalkan. Pasalnya, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 masih tinggi di Banten.
Di Kota Serang, Pemkot awalnya merencanakan belajar tatap muka pada Senin, 4 Januari 2021. Namun, rencana itu terpaksa diundur lagi.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Serang Wasis Dewanto mengatakan, dengan menunda belajar tatap muka maka Dindikbud kembali melanjutkan belajar daring.
“Perpanjangan (belajar daring-red) tetap menggunakan keputusan yang lama sampai batas waktu yang ditentukan kemudian,” katanya kepada Radar Banten, Senin (4/1).
Wasis mengatakan, dalam proses pembelajaran daring pendampingan orangtua siswa diharapkan tetap berjalan untuk menumbuhkan masalah psikososial yang sangat mungkin dihadapi siswa karena terlalu lama belajar daring. “Dengan metode daring kami berharap tetap menerapkan protokol kesehatan dan mencegah anak-anak berkerumun di lingkungan masyarakat,” terangnya.
Sedangkan untuk kepala sekolah dan guru tetap memantau perkembangan pembelajaran siswa di tiap rumah agar proses belajar tetap bejalan maksimal. “Semua pihak harus terlibat agar proses belajar tetap maksimal,” katanya.
Di Kabupaten Serang pun sama. Awalnya sekolah tatap muka direncanakan digelar pada 19 Januari 2021.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Serang Asep Nugrahajaya mengatakan, belum merencanakan kapan pembelajaran tatap muka kembali akan dilakukan. Namun, pihak sekolah sudah melakukan persiapan-persiapan. “Kita nunggu serentak saja se Provinsi Banten,” ujarnya.
Selama belajar daring, kata Asep, pihak sekolah diupayakan untuk membangun komunikasi intens dengan siswa. Meskipun tidak secara tatap muka. “Sejak awal persiapan sudah dilakukan,” ucapnya.
Hal sama dilakukan Pemkot Cilegon yang menunda belajar tatap muka dan memperpanjang belajar daring.
Kepala Dindik Cilegon Ismatullah mengatakan, telah memberitahukan kepada kepala sekolah mulai tingkat PAUD, SD dan SMP. “Koordinasi sudah kita lakukan dengan zoom meeting kepada mereka dengan berbagai ketentuan yang harus dipenuhi dalam rangka mempersiapkan tatap muka,” kata Ismat melalui sambungan telepon, Senin (4/1)
Ismat menjelaskan, penundaan belajar tatap muka juga berdasarkan analisis dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Ikatan Dokter Anak Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), serta Perkumpulan Dokter Paru Indonesia Provinsi Banten. Karena ada kemungkinan meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di Banten khususnya di Cilegon yang merupakan daerah transit baik wisatawan maupun pemudik yang akan menyeberang ke Sumatera.
“Ini dampaknya sangat luar biasa, sehingga peningkatan Covid-19 ini diprediksi meningkat saat masuk sekolah,” tuturnya.
Namun demikian, lanjut Ismat, pihaknya juga tengah mempersiapkan dan memperbolehkan sekolah untuk melakukan belajar tatap muka dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Hal serupa dilakukan Pemkot Tangerang. Sekda Kota Tangerang Herman Suwarman mengatakan, penundaan belajar tatap muka berdasarkan keputusan pemerintah provinsi karena kondisi penyebaran Covid-19 masih tinggi di Kota Tangerang.
“Lebih baik ditunda daripada siswa dan guru bisa terpapar,” ujarnya saat ditemui Tangerang Ekspres (grup Radar Banten) seusai monitoring wilayah.
Herman menambahkan, kesepakatan untuk menunda pembelajaran tatap muka, merupakan upaya mengantisipasi tingginya Covid-19 di Kota Tangerang. Pihaknya tidak ingin angka kasus Covid-19 terus-terusan meningkat dan muncul klaster baru dari pembukaan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Jamalludin menambahkan, penundaan tersebut karena ada kebijakan dari Provinsi Banten “Kalau bicara kesiapan, kami sudah siap. Skema belajar sudah kami siapkan sejak dua bulan lalu, bahkan sekolah SD dan SMP sudah kami cek protokol kesehatannya. Tetapi ini demi keselamatan siswa dan guru, jangan sampai mereka menjadi korban keganasan Covid-19,”ungkapnya.
Jamal menuturkan, hingga saat ini balajar secara daring masih maksimal walaupun ada keluhan dari orangtua siswa karena sudah mulai bosan. Tetapi, demi menjaga dan memutus penyebaran virus corona belajar daring harus tetap dilakukan.
Kota Tangsel juga akan memperpanjang kegiatan belajar daring. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangsel Taryono mengatakan, penundaan kegiatan belajar mengajar tatap muka di sekolah maupun perguruan tinggi dilakukan karena masih tinggi Covid-19 di Tangsel.
“Kegiatan belajar semester genap tahun ajaran 2020/2021 dimulai hari ini (kemarin-red). Dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19 maka dilakukan penangguhan pelaksanaan belajar tatap muka di sekolah dan perguruan tinggi,” ujarnya, Senin (4/1)
Taryono menambahkan, penundaan sudah sesuai dengan Surat Keputusan Bersama yang dikeluarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri.
Selain itu, penundaan juga mengacu pada Surat Edaran Gubernur Banten bernomor 420/2451-Huk/2020 Tentang Penundaan Sekolah Tatap Muka di Provinsi Banten.
“Sesuai dengan SKB 4 Menteri dan juga Surat Edaran Gubernur Banten bahwa melihat memperhatikan kondisi status Covid-19 daerah Banten umumnya, khususnya daerah Tangsel yang masih tinggi,” tambahnya.
TUNGGU ARAHAN
Sementara itu, Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Lebak belum bisa memastikan kapan sekolah tatap muka dilaksanakan. Pemkab Lebak menunggu kebijakan Gubernur Banten ketika akan membuka sekolah tatap muka di 28 kecamatan.
“Kita tidak bisa membuat kebijakan sendiri dalam pelaksanaan sekolah tatap muka. Karena itu, sampai kapan sekolah daring dilaksanakan, kita belum bisa memastikan. Yang jelas, kita ikuti bagaimana kebijakan Gubernur Banten,” ungkap Asisten Daerah (Asda) III Bidang Kesejahteraan Rakyat Setda Lebak Feby Hardian Kurniawan.
Dikatakannya, Bupati Iti Octavia Jayabaya menekankan kepada Dindikbud Lebak untuk terus melakukan pemantauan dan evaluasi sekolah daring. Para guru diharapkan proaktif melakukan pembelajaran sehingga anak-anak di rumah mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilakukan secara virtual.
“Kita memahami kebijakan Gubernur yang menunda pelaksanaan sekolah tatap muka. Apalagi di Lebak sendiri, kasus terkonfirmasi Covid-19 terus mengalami kenaikan, yakni mencapai 802 orang,” paparnya.
Jika sekolah tatap muka dipaksakan, Feby khawatir akan menimbulkan klaster baru dari sekolah. Walaupun, sekolah sudah mempersiapkan fasilitas pendukung sesuai protokol kesehatan (prokes). Tapi, ketika siswa pulang, mereka dikhawatirkan akan berkerumun dan akhirnya terjadi penyebaran atau penularan virus corona desease.
“Kabupaten sifatnya menunggu saja. Kalau Gubernur Banten mempersilakan KBM tatap muka dibuka lagi maka kita akan laksanakan. Tentunya, dengan syarat-syarat yang ketat sesuai prokes,” katanya. (fdr-bud-ran-jek-tur-bam/alt)