Sudah seharusnya seorang istri mendapat perlindungan dari suami. Lain hal dengan Surti (37), nama samaran, yang hanya cukup mengusap dada setiap ada laki-laki hidung belang yang menggodanya. Suami Surti, sebut saja Tejo (38), sifatnya penakut. Bukannya dibela, Surti malah dicela dan berakhir dengan keributan rumah tangga. Yassalam.
“Suami saya tuh penakut. Kalau ada laki-laki yang godain, dia (suami-red) enggak pernah nanggepin, malah nyuruh saya bersabar, kesal kan!” tukas Surti. Sudah benar tuh suaminya Mbak, cari aman!
Lantaran itu, Surti jarang mengadu lagi pada suaminya setiap digodain. Ditemui Radar Banten di kawasan wisata Anyar, Surti siang itu sedang sibuk melayani pembeli di warung sembako miliknya. Surti pun bercerita kalau dulu ia sering digodain tetangga waktu masih tinggal di Cilegon sebelum akhirnya pindah ke Anyar. Namun, Surti tidak bisa berlindung dari bawah ketiak suami seperti kebanyakan istri lain. Tejo tak berdaya. Apalagi mengetahui kalau tetangga yang sering menggoda Surti terkenal garang, malah ketakutan. Situasi itu pun tak jarang membuat keduanya ribut di rumah setiap hari.
“Tapi itu masa lalu. Sekarang alhamdulillah sudah tenteram. Mungkin suami punya alasan kenapa enggak mau melawan. Sekarang saya terima apa pun kekurangan suami,” ucapnya. Syukur deh.
Diceritakan Surti, pertemuannya dengan Tejo dulu karena dijodohkan orangtua. Pandangan pertama, Surti tak tertarik sedikit pun dengan sosok Tejo karena gayanya yang kaku, penampilan juga culun. Bukan tipe Surti banget deh!. “Sempat saya tolak perjodohan, pokoknya enggak mau nikah deh sama dia (Tejo-red),” akunya.
Meski akhirnya, Surti harus pasrah menerima dijodohkan dengan Tejo karena paksaan orangtua, takut dianggap anak durhaka. Sebulan kemudian, proses lamaran pun tiba. Surti mencoba menerima kehadiran Tejo di sisinya. Sejak lamaran, hampir setiap malam Tejo main ke rumah. Seiring waktu, Surti mulai mengenal karakter Tejo sesungguhnya. Benih-benih cinta pun tumbuh. Ternyata Tejo sosok pria yang romantis yang membuat hati Surti luluh. “Dia suka bawain saya bunga, orangnya juga perhatian. Pokoknya bikin saya nyaman deh,” puji Surti mesem-mesem.
Beruntung Tejo sudah mempunyai pekerjaan, bekerja di pabrik baja di Cilegon. Penghasilannya juga lumayan. Sedikit demi sedikit, cinta Surti terhadap Tejo mulai terisolasi. Sudah lengket kayak perangko. Enam bulan kemudian keduanya pun memutuskan untuk menikah. Tibalah hari kebahagiaan mereka. Keduanya begitu menikmati prosesi pernikahan hingga berlanjut ke malam pertama. “Pokoknya malam pertama begitu menggoda,” akunya. Eaaaa.
Setahun usia pernikahan, keduanya langsung dikaruniai anak yang membuat hubungan mereka semakin mesra. Surti yang tadinya tinggal bersama mertua memutuskan untuk pindah dan belajar mandiri bersama Tejo. Mereka membeli rumah sederhana di Cilegon. Namun, bukannya rumah tangga semakin tenteram, Surti malah merasa menderita jauh dari mertua. Hal itu lantaran Surti di rumah barunya sering digoda laki-laki genit yang tak lain tetangganya. Sementara suaminya tak berdaya, tidak bisa berbuat apa-apa karena ternyata sifat aslinya mulai ketahuan, yaitu penakut. “Pokoknya setiap mau jemur pakaian kan sering pakai handuk, suka digodain, matanya suka ngedip-ngedip sambil senyum-senyum sebelah gitu tuh tetangga,” keluhnya. Jangan suuzon, mungkin cacingan kali tuh Mbak.
Karena takut, Surti hanya bisa membalas senyum. Namun, semakin hari kegenitan tetangganya itu semakin menjadi. Berani memandangi tubuh dengan tatapan nakal sampai menyentuh tangan Surti. “Saya jadi risi dan enggak nyaman,” kesalnya. Sabar Mbak.
Sampai akhirnya, Surti mengadu pada Tejo atas perlakuan kurang ajar tetangganya itu. Namun, bukannya mendapat pembelaan, suaminya hanya diam dan meminta Surti agar bersabar. Kejadian itu pun terjadi berulang kali. Surti kembali meminta perhatian suami tetapi tidak ditanggapi. Akhirnya, Surti mengamuk dan menyindir suaminya yang dianggap penakut. Suasana itu pun memicu kemarahan Tejo yang membuat keduanya berselisih paham. Lantaran tak menemukan solusi, keesokan harinya Surti mengadukan persoalan tersebut kepada Ketua RT. Lagi-lagi Surti tidak mendapat pembelaan. “Katanya, masalah rumah tangga jangan bawa-bawa tetangga,” tukas Surti menirukan ucapan Ketua RT.
Situasi itu pun membuat rumah tangga Surti dan Tejo tak harmonis. Keesokan harinya, tanpa sepengetahuan suami, Surti kabur dari rumah dan pulang ke rumah orangtua sebelum akhirnya disusul Tejo pada malam harinya. Setelah mendapat nasihat dari kedua orangtua, mereka akhirnya dibelikan rumah baru, bekas milik saudara dari keluarga ayah Surti di wilayah Anyar. “Dari sini (Anyar-red), kita memulai hidup baru dengan membuka usaha warung sembako,” tandasnya. Syukur deh Mbak, semoga langgeng ya! (mg06/zai/ags)