SERANG-Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Provinsi Banten menerapkan sistem double shift dalam pembelajaran tatap muka (PTM). Kebijakan ini menyusul diterapkannya PTM 100 persen.
Kebijakan model double shift ini agar jumlah siswa yang belajar dalam satu ruangan tetap 50 persen dari kapasitas ruang kelas. Hal ini sesuai arahan Satgas Covid-19 Provinsi Banten. Sebab, mayoritas SMA/SMK negeri di Provinsi Banten menerapkan PTM 100 persen dengan sistem double shift.
Kepala Dindikbud Provinsi Banten Tabrani mengatakan, setiap shift maksimal melaksanakan enam jam belajar. “Kalau dihitung sekira dua setengah jam,” ujar Tabrani, kemarin.
Kata Tabrani, apabila kepala sekolah ingin menerapkan double shift, maka para guru harus diberitahu karena mereka yang akan melaksanakan kebijakan tersebut. Double shift tidak membuat jam bekerja guru di sekolah bertambah karena selama ini mereka juga tetap pulang pukul 16.00 WIB. Hanya saja, para guru akan mengulang kembali pelajaran yang diberikan di shift pertama kepada siswa di shift kedua. “Gurunya mau atau tidak. Gurunya siap atau tidak,” tandasnya.
Selain guru, para siswa dan orangtua juga harus dimintai persetujuan untuk penerapan double shift ini. Lantaran para siswa akan masuk setiap hari. Namun, pihak sekolah tetap harus memfasilitasi pembelajaran secara daring bagi siswa yang memilih untuk tetap belajar dari rumah. “Jadi prinsip dasar 50 persen. Kalau mau setiap hari bisa, ya pakai double shift itu karena hanya enam jam belajar,” terang mantan Kepala Dindikbud Kota Tangerang ini.
Kata dia, hampir semua sekolah menerapkan double shift. Namun, ada juga sekolah yang karena ruangannya cukup tidak double shift, tapi ruang kelasnya tetap dibagi dua. “Guru mengajar di dua kelas. Tapi tidak banyak sekolah yang seperti itu,” ujar Tabrani.
Untuk mengantisipasi adanya penyebaran Covid-19, pihak sekolah tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Para siswa tetap diwajibkan menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Setelah sepekan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar semester kedua, Tabrani mengaku belum mendapat laporan adanya kasus Covid-19 di sekolah. “Mudah-mudahan tidak ada,” tegasnya. (nna/nda)