Minah (42) nama samaran, tidak habis pikir dengan perilaku suaminya, sebut saja Jupri (46). Baru menang sekali undian berhadiah jutaan dari bungkus kopi, Jupri sempat ketagihan dan membuatnya malas bekerja hingga menelantarkan Minah dan anaknya. Hancur Minah.
Ditemui Radar Banten di Kecamatan Anyar, Minah siang itu duduk di teras rumah sedang menyuapi suaminya, eh anaknya. Saat disinggung soal suaminya, Minah langsung nyerocos menceritakan kenangan pahitnya berumah tangga dengan suami.
Minah menikah dengan Jupri karena perjodohan orangtua. Minah yang merupakan anak satu-satunya tidak bisa menolak keinginan ayahnya yang sudah menjalin kesepakatan dengan orangtua Jupri untuk menjodohkan mereka. “Sebenarnya waktu itu saya enggak mau sama Kang Jupri,” aku Minah. Terus, kok mau?
Sejak awal, Minah tahu kalau Jupri orangnya pemalas. Dari segi penampilan juga, Jupri tidak terlalu menarik. Badannya gemuk, berpakaian tidak pernah rapi. Lain dengan Minah yang dikenal primadona desa. Sewaktu muda, banyak lelaki yang terpikat dengan wajah rupawan dan bodi Minah yang aduhai. “Kalau saja orangtua enggak maksa, saya bisa cari yang lebih baik dari Kang Jupri,” sesalnya.
Namun, takdir berkata lain. Minah sudah ditentukan berjodoh dengan Jupri. Akhirnya, mereka menikah setelah kurang lebih satu bulan Minah dan orangtuanya berunding. Minah yang sempat protes kepada orangtua terpaksa harus mengalah demi menuruti kemauan bapaknya. “Kasihan ibu saya nangis terus kalau lihat saya berantem sama bapak,” keluhnya.
Setelah berumah tangga, keduanya tinggal di rumah keluarga Jupri di kampung tetangga. Kondisi rumah keluarga Jupri sebenarnya tidak berbeda dengan Minah, sederhana. Beruntung Jupri dapat warisan warung untuk menafkahi Minah. “Saya jaga warung deh sama suami,” katanya. Bagus dong jadi pengusaha.
Minah dan Jupri sering belanja barang jualan untuk warung di Pasar Anyar, mulai dari membeli kopi, rokok, minuman, hingga makanan ringan. Seringnya jalan bareng, membuat Minah lama-lama merasa nyaman dan menerima sosok Jupri sebagai lelaki yang harus dilayaninya dengan ikhlas. “Awalnya pas malam pertama itu ada perasaan enggak ikhlas,” ucap Minah. Tapi, tetap enak kan?
Setahun kemudian, mereka dikaruniai anak. Waktu itu sedang ramai-ramainya ada undian berhadiah di berbagai produk makanan. Tanpa sepengetahuan Minah, diam-diam Jupri ikut mengirimkan bungkus kopi yang terdapat tanda pemenang di dalamnya ke kantor pos.
Seminggu kemudian, mereka kedatangan tamu dari perusahaan kopi. Minah sempat kebingungan hingga akhirnya bertanya kepada Jupri. Bukannya menjawab, Jupri malah senyum-senyum sendiri. “Ternyata dia sudah ditelepon sama orang perusahaan kopi kalau dapat hadiah dua juta rupiah dua hari lalu,” ungkap Minah.
Tentu saja kabar itu membuat Minah bahagia dan langsung disebar kepada tetangga. Masih untung enggak disebar lewat toa musala. Kabar itu pula yang membuat usaha warung Minah semakin laris manis. Jadi, banyak tetangga yang membeli kopi di warungnya karena ingin nasibnya seperti Jupri, mendapat hadiah. “Senang banget dapat duit, tapi duit begituan (undian-red) mah cepat abis,” keluhnya. Begituan bagaimana tuh!
Bukan hanya mengeluh soal mudah habisnya uang dari undian itu, Minah juga mengeluhkan sikap Jupri yang semakin hari semakin tidak fokus pada usaha warungnya. Hampir tiap hari Jupri kesetanan dengan undian, membeli banyak kopi demi mengharapkan hadiah undian. Kondisi itu mengakibatkan Jupri menelantarkan Minah dan anaknya hingga terjadi pertengkaran di antara keduanya. “Dagangan enggak ada barangnya, uang habis buat dia beli kopi,” kesalnya.
Perilaku suami tak kunjung berubah, Minah semakin gerah dan naik pitam. Namun, Jupri tidak pernah mendengarkan omongan istrinya. Tidak menemui solusi, Minah akhirnya memutuskan cerai dan pulang ke rumah orangtua. Menyadari kesungguhan Minah untuk bercerai, Jupri mulai merasa bersalah hingga mendapat teguran keras ibunya. “Dia langsung jemput saya dan minta maaf,” katanya.
Minah akhirnya menerima maaf Jupri dan pulang ke rumah untuk memulai hidup baru. Jupri pun bersedia meninggalkan kebiasaannya menanti rezeki pada undian berhadiah. Ia mulai bekerja sebagai karyawan pabrik di Cilegon. Sementara Minah fokus jaga warung. “Sekarang warungnya bangkrut, enggak laku gara-gara ada minimarket,” keluhnya. Sabar Mbak Minah, rezeki enggak ke mana, kan ada Mas Jupri. Yassalam. (mg06/zai/ira)