Desi (31), bukan nama sebenarnya, tak pernah menyangka, sang suami, sebut saja Prapto (24), berani menggoda tetangga. Padahal saat awal masa pacaran, ia berjanji akan mencintai sehidup-semati. Tapi, Prapto malah tega menyelingkuhi.
Aih-aih, ini sih namanya suami tak tahu diri.
Parahnya, dalam urusan ekonomi pun Prapto tidak dapat diandalkan. Maklumlah, terbiasa hidup manja dengan bergelimang harta, sifatnya tak bisa berubah meski sudah berumah tangga. Kalau disuruh bekerja, selalu ada alasan yang dibuatnya. Terpaksa, mau tidak mau sang istrilah yang banting tulang mencukupi kebutuhan sehari-hari. Waduh.
“Awal-awal sih dia suka dikirimin uang, tapi lama-kelamaan kan malu juga. Masa rumah tangga sudah tiga tahun masih ngarep kiriman orangtua,” kata Desi kepada Radar Banten.
Anehnya, setiap kali pulang ke rumah mertua, mereka kompak bersikap biasa. Seolah tidak ada sesuatu yang aneh dalam rumah tangga, sang suami membual tentang pekerjaan, sedangkan Desi hanya mengangguk-angguk pura-pura bodoh. Padahal aslinya, dirinyalah yang letih mencari nafkah.
Waduh, kok begitu sih Teh?
“Ya, mau bagaimana lagi, Kang. Namanya istri, kan memang harus jaga nama baik suami,” ungkapnya.
Setelah diselidiki, semua itu ia lakukan karena jasa Prapto yang membelikan rumah. Ya, meski tetap rumah itu pemberian orangtua, bagi sang istri, punya tempat tinggal sendiri saja sudah bersyukur. Masalah mencari rezeki sehari-hari, ia menganggap itu sudah jadi bagian dari pengabdian kepada suami.
Oalah, sabar ya, Teh.
Desi mengaku, ia terlahir dari keluarga tak mampu. Sang ayah yang telah wafat sejak kecil membuatnya berjuang bersama sang adik dan ibunya untuk bertahan hidup. Jadi, untuk urusan mencari nafkah, ia memang sudah biasa. Sejak kecil sudah berjualan kue keliling, saat dewasa pun tak pernah mengeluh bekerja. Subhanallah.
Bagai langit dan bumi, kehidupan Desi dan Prapto sangat jauh berbeda. Prapto terlahir dari keluarga berada, ayahnya pengusaha dan ibunya berasal dari keluarga terpandang. Rumah mewah lengkap dengan kendaraan pribadi membuat hidupnya bagai di surga. Pokoknya, apa yang diminta pasti terlaksana.
Seperti diceritakan Desi, di lubuk hati paling dalam sebenarnya ada rasa tak nyaman ketika pertama kali bertemu Prapto. Namun karena sikap romantis yang terus-menerus menyerangnya, yang namanya wanita pasti luluh juga. Terlebih di usianya yang terbilang sudah masuk kategori perawan tua, Desi tak punya pilihan lain selain menerima ajakan sang kekasih untuk menikah.
Jika dilihat dari sikapnya, Prapto memang terbilang anak yang banyak gaya. Lelaki yang saat itu baru menyelesaikan kuliah di salah satu kampus ternama di Provinsi Banten itu dengan keyakinan yang seolah dibuat-buat, mengaku siap menjadi pemimpin rumah tangga. Beruntung ia berasal dari keluarga berada, membuat pihak keluarga Desi mudah percaya.
Apalagi dengan wajah Prapto yang tampan dan penampilan yang cool ala-ala anak muda zaman now, membuat Desi tertarik bersanding di pelaminan. Ya, Prapto memang pemuda yang paling ulet kalau urusan penampilan. Jadi, wajar jika banyak wanita yang mau dengannya.
Meski usia Desi terpaut jauh lebih tua, kecantikan dan sikapnya yang cuek membuat siapa pun penasaran terhadapnya. Desi mengaku punya pengalaman pahit saat akan mengakhiri masa lajang, rencana pernikahan yang sudah matang, dibatalkan tanpa alasan oleh sang kekasih. Karena hal itulah ia menjadi terlalu selektif dalam memilih pasangan. Hingga usianya sudah terlalu tua, ia baru sadar kalau sudah saatnya mencari pendamping hidup.
Singkat cerita, Desi dan Prapto menjalin asmara selama lima bulan lamanya. Setelah keduanya merasa cukup waktu untuk saling mengenal satu sama lain, mereka sepakat menuju pelaminan. Hari bahagia itu datang juga, keduanya mengikat janji sehidup semati, menjadi sepasang suami-istri yang siap mengarungi bahtera rumah tangga.
Di awal pernikahan, Prapto bersikap dewasa, ia seolah menjadi lelaki yang dapat dipercaya, baik oleh istri mau pun keluarga besarnya. Waktu itu sih memang ia sudah bekerja di kantor ayahnya. Jadi, kesannya ia memang lelaki yang bertanggung jawab atas nafkah keluarga. Namun, baru lima bulan bekerja, Prapto tidak betah dan berhenti bekerja.
Tahun pertama dan kedua semua berjalan seperti biasa, Prapto membeli rumah dan peralatan rumah tangga lainnya, membuat sang istri semakin cinta. Ditambah lagi dengan kehadiran anak pertama, membuat hubungan mereka semakin mesra. Pokoknya, rumah tangga mereka saat itu diselimuti kebahagiaan.
Hingga tahun ketiga pernikahan, Prapto mulai menunjukkan gelagat aneh. Sang istri yang sibuk bekerja, tentu menitipkan anak pada ayahnya. Namun, bukannya menjaga baik-baik, sang suami malah menitipkan kembali sang anak ke orangtua. Dengan alasan bekerja, tentu yang namanya orangtua pasti mau-mau saja menjaga cucu nan lucu.
Dan peristiwa itu pun terjadi, di suatu sore yang teduh, ketika Desi baru pulang bekerja dengan wajah tampak letih, senyum sapanya dibalas nada sinis oleh ibu-ibu tetangga yang tengah berkumpul di saung yang tak jauh dari rumah. Wajahnya langsung memerah, antara bingung dan marah, Desi tak tahu harus berbuat apa.
Hmm, memang mereka ngomong apa sih Teh?
“Nadanya tuh kayak menghujat saya, sependengaran saya sih mereka bilang, mengurus suami saja enggak becus, apalagi mengurus anak. Pasti dia enggak tahu kalau suaminya suka genit ke anak-anak kita,” kata Desi meniru ucapan tetangga.
Sesampainya di rumah, seolah tak mau menunda sesuatu yang mengganjal di hatinya, Desi langsung meminta keterangan yang jelas kepada sang suami. Ya yang namanya maling memang tidak ada yang mau mengaku, tentu Prapto mengelak saat Desi menanyakan kebenaran ucapan tetangga tentang dirinya yang suka mengggoda wanita. Lantaran tak ada bukti nyata, Desi pun kembali bersikap biasa.
Tapi, pada akhirnya, memang kebenaranlah yang menjadi penentu suatu hubungan. Besoknya Desi melihat dengan mata kepala sendiri kalau sang suami sedang berboncengan dengan wanita lain. Penderitaannya semakin bertambah saat ibu-ibu tetangga memarahinya atas kelakuan sang suami. Ya ampun.
Desi pun mengamuk memarahi Prapto, pertengkaran tak dapat dihindari. Setelah melakukan perundingan tentang masa depan rumah tangga, diputuskanlah hubungan keduanya. Mereka berpisah untuk selama-lamanya.
Sabar ya Teh Desi, masih banyak kok berondong yang lebih bertanggung jawab, hehe. (daru-zetizen/zee/ira/RBG)