SERANG – Rumah milik Umdana (34) di Kampung Simpang Sari, Rt 17 Rw 03, Desa Cemplang, Kecamatan Jawilan, Kabupaten Serang hancur, roboh, rata dengan tanah, pada Selasa (15/8) pukul 13:30 WIB. Penyebab robohnya rumah tersebut diduga karena sudah tua dan lapuk.
Ketua RT 17 Suheli yang juga saksi mata kejadian tersebut menuturkan, musibah tersebut terjadi saat Suheli sedang membuat perkakas golok di belakang rumah Umdana. Jarak antara dirinya dengan rumah sekira lima meter.
Tiba-tiba suara dentum keras terdengar. Suara dentuman tersebut membuat Suheli Kaget. Menyadari rumah tetangganya roboh, Suheli lari mendekat dan mencari pemilik rumah. Hasilnya, Suheli menemukan Umdana terjepit puing-puing bangunan.
“Robohnya tengahnya dulu. Mungkin karena lapuk kayunya. Rumah sudah tua belum pernah direnovasi. Pas kejadian, saya langsung telpon pihak desa, takut disangka nggak laporan,” paparnya, Kamis (17/8).
Kata dia, kemarin, Rabu (16/8) sudah ada yang datang dari kepolisian, koramil, camat dan bansos Kecamatan Jawilan. Namun, belum ada tindaklanjut yang pasti.
“Semoga cepat dapat bantuan. Senyatanya, Umdana orang nggak punya. Jangankan buat ngerehab rumah, buat beli bako (rokok-red) aja ngga kebeli. Cuma ngarepin bantuan dari pemerintah,” ujarnya.
Sebenarnya, kata Suheli lagi, rumah Umdana sudah masuk program Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) atau bedah rumah. Semua data, oleh Suheli telah dilaporkan ke pihak desa namun sampai robohnya rumah tersebut, belum ada respon dari pemerintah.
“Kami siap membangun rumah Umdana kembali. Tapi mau gimana material aja ngga ada. Apa yang mau dibangun,” tuturnya.
Sementara itu, Umdana mengatakan, saat kejadian, pria yang masih lajang tersebut tengah tidur. Ia pun terjebit di reruntuhan rumahnya.
Umdana mengaku ingin membangun rumahnya kembali, namun tak ada biaya untuk membeli material bangunan. “Sekarang nginep saja di rumah sodara. Kalau disini (rumah roboh-red) kan, mau dimana tidurnya,” ujarnya.
Umdana berharap mendapat bantuan dari pemerintah. Karena rumah itu satu-satunya warisan peninggalan dari almarhum ayahnya. Pekerjaan serabutan tak cukup untuk membiayai proses pembangunan.
Pantauan Radar Banten Online, Kamis (17/8), reruntuhan rumah tersebut sudah dibereskan. Tinggal lantai ubin yang masih menempel dengan tanah. Adapun angka kerusakan rumah 5 x 6 meter itu dapat dipastikan 100 persen rusak, tak tersisa barang sebiji pun. Tembok setengah bilik, atap genteng dan perabotan dapur pun hancur berkeping-keping. (Anton Sutompul/antonsutompul1504@gmail.com).