Perasaan bersalah di masa lampau, menjadikan Sandi Widodo mendirikan Tatto Hijrah Removal. Upaya ini, sebagai penebusan dosa bagi dirinya yang dulu merupakan pembuat tatto.
WAHYU SYAIFULLAH – SERPONG
Di sebuah ruangan berukuran 8 x 6 meter persegi tersebut, sedikitnya sudah 350 orang yang ditangani untuk menghapus tatto. Tak terasa, sudah satu tahun Tatto Hijrah Removal berdiri, tepatnya 14 Agustus 2017 silam. Berlokasi di Perumahan Ciater Permai Blok A4 No.10, Jalan Ciater Raya, Kecamatan Serpong, Kota Tangsel, Senin (6/8).
Pendiri Tatto Hijrah Removal Sandi Widodo mengatakan, para kalangan yang datang dari berbagai daerah, tak hanya dari Tangsel. Mereka datang dari luar kota di antaranya Surabaya, Gresik, Jogja, Malang, Indramayu, Cirebon, Padang, Bangka belitung, Makassar, Jambi, Kalimantan, dan bahkan Malaysia. ”Awalnya saya benar-benar tak ada ide mendirikan studio ini. Niatan pertama itu muncul setelah berpikir ulang. Kala itu, saya mau menghapus tatto di badan saya saja, ternyata setelah dikonsultasikan ke dokter biayanya mahal sekali,” kata pendiri tattoo hijrah Sandi Widodo.
Setelah melakukan perenungan dan berdiskusi dengan istri. Akhirnya, muncullah sebuah gagasan mendirikan studio. Namun, masalah muncul lagi, yakni soal pendanaan. Untuk membeli alat laser membutuhkan sedikitnya Rp80 juta. ”Istri saya menyarankan untuk membuka donasi dan bekerja sama dengan situs donasi untuk menggalang dana (fundraising) sebagai inisiatif, campaign dan program sosial,” ucapnya.
Dia bersyukur, responnya sangat bagus. Hanya dalam tiga hari saja, dana yang terkumpul mencapai Rp90 juta. “Setelah itu, saya tutup penggalangannya. Kaget juga, ternyata antusias para donatur begitu positif,” terang pria berjenggot yang kesehariannya menjadi driver online tersebut.
Ditambahkan, dengan modal tersebut, lanjutnya, dirinya memulai menyiapkan berbagai keperluan studio. Membeli dua laser dan peralatan lainnya. ”Modal itu, akhirnya bisa membantu para teman-teman yang memiliki tatto bisa dihapuskan. Mereka (pasien-red) tak dipungut biaya alias gratis kalau datang ke sini. Dalam sehari, bisa sekitar 10 sampai 15 orang yang ingin menghapus tatto, rata-rata para pasien yang datang di usia kisaran 30 tahun. Tertua umur 67 tahun,” tambahnya.
Sandi bersyukur niatannya bisa membantu masyarakat terwujud. Semuanya, dilakukan secara ikhlas tanpa komersialisasi. Meskipun, kini dirinya meminta donasi perawatan laser sebesar Rp150 ribu untuk sekali pelaseran. ”Uang itu, saya gunakan untuk perawatan. Soalnya, ternyata mesin laser ada kapasitas maksimumnya. Itu ketahuannya, setelah saya menekuni selama kurang satu tahun ini,” ucapnya. (*)