SERANG – Komoditi umbi-umbian di Provinsi Banten sangat melimpah. Hanya saja, tingkat konsumsi masyarakat terhadap pangan tersebut masih rendah. Hanya rata-rata sekitar 30 gram konsumsi umbi yang seharusnya 100 gram per hari.
“Masyarakat lebih banyak mengonsumsi beras dan terigu. Padahal nasi mempercepat kadar kolestrol yang tinggi,” papar Kepala Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan pada Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Muhamad Ansor, di Gedung PKP RI Kabupaten Serang, Selasa (21/11).
Dikatakannya, dalam umbi-umbian mengandung anti oksidan yang cukup bagus untuk tubuh. “Umbi-umbian di Banten sangat banyak, seperti ubi jalar, singkong,” ujarnya.
Selain kurangnya konsumsi umbi-umbian, kata dia, masyarakat cenderung mengonsumsi pangan yang tidak seimbang. Berdasarkan pangan yang dianjurkan, harus memenuhi B2SA yakni Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman. “Dengan itu (B2SA) masyarakat terpenuhi gizinya,” paparnya.
Menurutnya, mengonsumsi umbi-umbian sebagai subtitusi pangan bukan hanya bernilai gizi, melainkan membantu para petani meningkatkan daya jual umbi-umbian.
“Mereka (petani,-Red) juga butuh makan, kalau bukan kita siapa lagi yang beli,” ujarnya. (Anton Sutompul/antonsutompul1504@gmail.com).