SERANG – Tenaga kerja wanita (TKW) asal Kampung Bojonggadung, Desa Ragasmasigit, Kecamatan Carenang, bernama Munirah dikabarkan tertahan di Arab Saudi. Keinginan Munirah untuk dipulangkan karena selama enam tahun bekerja sudah tidak menerima haknya.
Hal itu disampaikan keluarga Munirah yang sempat berkomunikasi dengan TKW beranak tiga tersebut. Berdasarkan pengakuan keluarga, Munirah belum bisa dipulangkan dan sudah delapan bulan tertahan di tempat penampungan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
Masitoh, adik Munirah, mengungkapkan bahwa kakak kandungnya tersebut sudah enam tahun bekerja di Taif, Arab Saudi, tepatnya April 2011 melalui sponsor dari Kampung Priuk, Desa Ragasmasigit. Sejak keberangkatan ibu tiga anak tersebut, hanya tiga kali mentransfer uang kepada keluarga. Selanjutnya, berdasarkan penuturan Munirah melalui sambungan jarak jauh, ia sudah tak pernah lagi menerima haknya. “Iya, dia (Munirah) kabur dari rumah majikan di Arab Saudi. Soalnya, setiap minta gaji enggak pernah dikasih. Makanya, minta dipulangin,” kata Masitoh yang dikonfirmasi melalui sambungan telepon seluler, kemarin.
Lebih lanjut, Masitoh menceritakan, Munirah pun kabur dari rumah majikan pada 2016 dan memutuskan datang ke KBRI meminta dipulangkan ke kampung halaman. Namun, selama delapan bulan di penampungan Munirah tidak mendapat kejelasan dari pihak KBRI terkait rencana pemulangan. “Di kantor KBRI katanya enggak diproses dan enggak ada kepastian. Dia (Munirah) meneleponnya selalu pakai nomor baru. Kemarin (Sabtu-25/2) malam juga menelepon. Nomornya gonta-ganti terus, mungkin punya temannya,” terangnya.
Masitoh pun mempertanyakan pihak sponsor yang tidak bertanggung jawab. Katanya, Munirah diberangkatkan oleh sponsor dari Kampung Priuk, Desa Ragasmasigit, Carenang. Informasinya, setiap Munirah meminta gaji malah mendapatkan omelan dari majikan. “Setiap mau pulang juga, enggak boleh pulang. Makanya, memilih kabur ke KBRI di Jeddah,” jelasnya.
Katanya, Munirah anak kedua dari tiga bersaudara. Suaminya hanya buruh tani. Upaya Munirah bisa menghubungi keluarga dengan cara sembunyi-sembunyi. “Majikannya, enggak tahu kalau dia punya HP dulu. Ia berharap, Munirah segera pulang karena anak-anaknya sudah merindukan. “Terutama anak yang kelas III SD kasihan, sering sakit-sakitan,” harapnya.
Menanggapi hal itu, anggota Komisi II DPRD Kabupaten Serang Abdul Gofur mengaku prihatin terhadap Munirah yang dinilainya terlunta-lunta di Arab Saudi. Ia juga mengaku, sudah berkoordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) agar memberikan teguran kepada sponsor yang tidak bertanggung jawab. “Saya juga berencana menghadap Nusron Wahid, Ketua BMPTKI pusat secepatnya. Kebetulan beliau mantan ketua Ansor,” kata politikus PKB tersebut.
Ia berharap, apa yang dialami Munirah tidak dialami TKW lainnya. Ia juga menyayangkan KBRI yang tidak bisa memulangkan Munirah. Padahal, Munirah kabarnya sudah enam tahun tertahan di negara penghasil minyak terbesar tersebut. “Saya juga bakal mengambil langkah bantuan advokasi agar yang bersangkutan bisa pulang dan menerima haknya,” tegasnya.
Terkait itu, Kepala Disnakertrans Kabupaten Serang R Setiawan yang dikonfirmasi semalam mengaku, belum sempat mengecek data Munirah dan sponsor mana yang menjadi pengantar TKI Munirah. Namun, Setiawan berjanji berupaya menelusuri dan memulangkan Munirah. “Kita akan cek dulu, tahun berapa Munirah berangkat, atas nama dan alamat pengantarnya siapa, kita akan cek dulu. Kalau sudah ketemu, kita akan ambil tindakan lain,” ujarnya. (Nizar S/Radar Banten)