JAKARTA – Uji pemakaian aspal campuran sampah plastik terus bergulir. Setelah di Denpasar dan Bekasi, juga akan diterapkan di Makassar dan tol Tangerang-Merak dalam waktu dekat.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danis H Sumadilaga mengatakan, rencananya uji coba akan dilakukan di jalan nasional Makassar pada 23-24 Oktober ini. ”Untuk di akses jalan masuk dan keluar tol serta rest area jalan tol Tangerang-Merak, akan dilakukan November mendatang,” kata Danis, kemarin (19/10).
Danis menjelaskan, uji coba aspal di Makassar sedikit berbeda dengan uji coba di Bali dan Bekasi. Jika sebelumnya lebih mengutamakan penghamparan aspal plastik pada jalan, di Makassar, cara pencampuran aspal plastik akan diperlihatkan.
“Kami akan memperlihatkan dapurnya,” jelas Danis.
Kendati sudah teruji, Danis mengatakan, penggunaan aspal plastik pada proyek jalan nasional belum dapat diterapkan secara masif tahun ini. Menurutnya, kontrak pekerjaan jalan tahun berjalan masih menggunakan aspal biasa. Penyebab lainnya, belum adanya pemasok campuran plastiknya.
”Oleh karenanya, Kementerian PUPR sangat mendukung jika ada usaha kecil, mikro, dan menengah yang turut ambil bagian dalam upaya mereduksi sampah plastik,” terang Danis.
Di sisi lain, lanjut Danis, sampah plastik juga dapat menarik manfaat ekonomi untuk dijadikan bahan campuran aspal. Dia mengatakan, pemerintah siap memberikan pelatihan dan memberikan hibah mesin pengolahnya sebagai stimulan kepada pihak yang tertarik.
Kian meluasnya penggunaan aspal plastik di Indonesia bisa menjawab permasalahan limbah kantong plastik (kresek). “Plastik itu kan ada tujuh klasifikasi. Kresek ini yang paling tidak diambil,” kata Danis.
Danis menjelaskan, kebutuhan akan plastik untuk campuran aspal cukup tinggi. Untuk pemeliharaan jalan nasional, mencapai 47 ribu kilometer. Jika satu kilometer jalan membutuhkan tiga ton plastik, diperlukan limbah plastik sebanyak 140 ribu ton yang kemudian dicacah menjadi plastik ukuran lima milimeter.
Berdasarkan hasil uji laboratorium oleh Pusat Litbang Jalan Kementerian PUPR, campuran beraspal panas dengan tambahan limbah plastik menunjukkan peningkatan nilai stabilitas. Juga, lebih tahan terhadap deformasi dan retak dibandingkan dengan campuran beraspal panas standar. Penggunaan limbah plastik juga sama sekali tidak mengurangi kualitas jalan.
Saat dihampar sebagai aspal panas, ketika diukur suhunya, yaitu 150-180 derajat Celcius. Artinya, plastik tidak terdegradasi dan masih jauh dari batas degradasi sampah, yaitu 250-280 derajat Celcius atau suhu ketika plastik mengeluarkan racun. (and/ttg/RBG)