Jalan beraspal mulus. Datar. Sesekali tanjakan tipis. Panjangnya puluhan kilometer. Cuaca panas. Menjelang finis, tanjakan dan turunan mendominasi. Itulah medan Tour d’Baduy 2019 yang menguji nyali.
M Widodo – Serang
Cuaca cerah dan terik matahari yang mulai menyengat, mengawali gowesan ratusan peserta Tour d’Baduy (TDB) #5 2019 keluar dari halaman pendopo Pemkab Serang menuju perkampungan Baduy sejauh 88 kilometer. Pukul 07.30 WIB, TDB baru bisa dilepas Kepala Inspektorat Kabupaten Serang Rahmat Jaya, yang didampingi Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Dedi Sofyan dan penasihat SCAM H Nuryadin. Maklum, panitia harus menunggu peserta dari Tasikmalaya, Bandung, Bekasi, Cikarang, Bogor, Depok, Jakarta, Tangerang, serta seputaran Banten.
Sekilas terlihat, peserta TDB kali ini adalah penggowes-penggowes kawakan atau berpengalaman. Performanya, sepedanya, dan perlengkapannya. Yang agak berbeda dengan TDB sebelumnya, kali ini banyak peserta yang menggunakan sepeda lipat atau sering disebut seli. Yang biasa digunakan untuk rute perkotaan.
Beberapa penggowes kawakan tampak membaur di kerumunan peserta. Antara lain AKBP Amin (Polda Banten), Rahmat Jaya (Kepala Inspektorat Kabupaten Serang), Dedi Sofyan (Sekretaris Dinkes Kabupaten Serang), M Widodo dan Samsul Hadi dari Radar Banten Cycling Club (RBCC), H Nuryadin, Kang Ola, Darman Gagas, dan Medi dari SCAM (Serang Cilegon Anyar dan Merak) Facebiker sebagai penyelenggara.
Para penggowes begitu bersemangat melewati etape pertama, Serang-Alun-alun Rangkasbitung sepanjang 42 kilometer. Jalan datar. Aspal mulus. Tenaga masih fresh.
Setelah istirahat sejenak sambil minum dan makan camilan tradisional, dilanjut menuju pos etape kedua di Polsek Leuwidamar. Medan jalannya sudah mulai menanjak. Beberapa peserta mulai tercecer dan ada yang memilih menuntun sepedanya daripada keram.
Sekira pukul 11.30 WIB, peserta finis di Polsek Leuwidamar untuk makan siang dan salat. Istirahat cukup. Menanti di depan, trek dari Polsek Leuwidamar menuju Perempatan Bojong Manik. Makin banyak peserta yang staminanya sudah kedodoran. Kata mereka, tanjakannya enggak ada habisnya.
Selanjutnya, dari Perempatan Bojong Manik menuju Ciboleger hanya delapan kilometer. Tapi, di sinilah banyak peserta tumbang satu per satu. Tanjakan tajam, yang kata peserta menyentuh langit serta turunan curamlah yang membuat peserta menyerah. Panitia yang memang sudah memprediksi, langsung sigap mengevakuasi peserta menuju Ciboleger, gerbang masyarakat adat Baduy.
Gowes belum selesai. Peserta masih harus mengayuh sepedanya sejauh tiga kilometer menuju Kampung Cilanggir untuk menitipkan sepeda. Melewati jalan makadam, di kanan kirinya pemandangan alamnya begitu indah dan memesona.
Kampung Batara Hilir sebagai tujuan terakhir gowes TDB masih dua kilometer lagi dan harus ditempuh dengan jalan kaki. Sore hari peserta finis di Kampung Batara Hilir, disambut ramah masyarakat adat.
Bermalam minggu di kampung adat Baduy, sambil ngopi dan bercengkerama mengenai kehidupan mereka, membuat peserta takjub. Mereka mandiri. Bersih. Menjaga lingkungan dengan sepenuh hati. Tak heran jika peserta bisa tidur nyenyak tanpa digigit nyamuk.
Esok harinya, peserta melihat dari dekat jembatan akar salah satu ikon masyarakat Baduy dan mandi sepuasnya. Setelah sarapan dengan cara bancakan, peserta pamit pulang ke daerah masing-masing dengan naik mobil bak terbuka. Sementara beberapa penggowes kawakan memilih mengayuh lagi ke Serang. Di antaranya Kang Medi, Pak Widodo, Kang Diki, Kang Ical, Om Alwis, Rio, dan Agus. (*)