SERANG – Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada triwulan I tahun 2020 tercatat 3,09 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan nasional 2,97 persen (year on year/yoy). Pertumbuhan ini mengalami perlambatan dibandingkan triwulan lalu akibat sektor industri pengolahan yang memiliki andil terbesar hanya tumbuh sebesar 0,37 persen (yoy).
Pertumbuhan ekonomi Banten triwulan pertama 2020, dari sisi penawaran didorong oleh sektor informasi dan komunikasi sebesar 8,70% (yoy), jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang tumbuh sebesar 8,63 persen (yoy) serta real estate yang tumbuh sebesar 8,26 persen (yoy). Sementara itudari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Banten didorong oleh konsumsi Rumah tangga yang tumbuh 4,19 persen (yoy).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten Erwin Soeriadimadja mengatakan, inflasi Banten pada April 2020 tercatat sebesar 0,25% (month to month/mtm) didorong oleh peningkatan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang tercatat sebesar 0,23 persen (mtm). Dari tiga kota indeks harga konsumen (IHK) di Provinsi Banten yaitu Serang, Cilegon dan Tangerang, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tangerang sebesar 0,26 persen (mtm) diikuti oleh Kota Serang sebesar 0,23 persen (mtm) dan Kota Cilegon yang mengalami inflasi sebesar 0,20 persen (mtm).
“Bank Indonesia Provinsi Banten meyakini sampai dengan akhir tahun 2020, inflasi Provinsi Banten akan terkendali dan rendah di kisaran sasaran 3±1 persen,” katanya, Kamis (7/5).
Ia mengungkapkan, Bank Indonesia berkomitmen untuk melaksanakan kebijakan moneter yang prudent dan dengan tata kelola yang baik. Antara lain dengan penyesuaian mekanisme pengedaran uang kartal, pengendalian inflasi dan penstabilan nilai Rupiah melalui pperasi moneter serta kebijakan quantitative easing (QE) Bank Indonesia.
“Melalui koordinasi dengan Kementerian Keuangan serta mempertimbangkan jumlah sesuai dengan prakiraan kebutuhan masyarakat, Bank Indonesia melakukan perencanaan, pencetakan, dan pemusnahan uang kartal (uang kertas dan logam),” katanya.
Di Provinsi Banten, Bank Indonesia menyiapkan kebutuhan uang tunai yang diperkirakan sebesar Rp3,025 triliyun. Meskipun arus keluar uang tunai pada periode Ramadan dan Lebaran tahun ini tidak sebesar tahun sebelumnya. Hal ini seiring dengan adanya dampak ekonomi terkait pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), kebijakan dan stimulus Pemerintah kepada masyarakat selama periode penanganan dampak pandemi Covid-19.
“Ada meningkatnya penggunaan nontunai ditengah pandemi Covid-19, tinggi arus keluar uang tunai pada periode bulan sebelumnya serta hari libur yang lebih sedikit dibanding tahun lalu,” katanya. (Susi K)