Ada peribahasa ‘Mulutmu Harimaumu’ dirasakan Surti, (43) nama samaran, dari mulut orang lain. Surti sudah dua bulan ini merasakan gelisah gara-gara terhasut omongan tetangga tentang suaminya, sebut saja Jono (45) yang mencari nafkah di luar kota.
“Suami saya diisukan punya wanita simpanan di Jakarta, gimana enggak bikin saya gelisah! Batin ini tersiksa,” resahnya. Lebay deh. Jangan mudah percaya sebelum ada bukti, Mbak. Nanti malah menyiksa sendiri.
Ditemui Radar Banten di Kecamatan Ciomas, Surti siang itu sedang menggendong anaknya di pekarangan rumah. Ketika diajak mengobrol tentang rumah tangga, Surti pun tak sungkan menceritakan kegelisahannya terhadap suami. Penasaran dengan kisah Surti? Kita simak yuk ceritanya!
Diceritakan Surti, Jono sudah bekerja di Jakarta sejak 2017 sebagai karyawan di toko otomotif dan pulang seminggu sekali. Selama itu pula, hubungan mereka berjalan harmonis. Keduanya saling mengerti keadaan masing-masing. “Walau kadang suka kesepian, tapi kangennya masih bisa ditahan,” aku Surti malu-malu.
Surti bertemu Jono saat mengikuti acara warga sekampung liburan di Pantai Anyar. Tak kenal maka tak sayang, begitulah perkenalan Surti dengan Jono. Kebersamaan dan perbincangan selama perjalanan di bus pariwisata menuju lokasi wisata, Surti akhirnya mengenal Jono. Sejak itu mereka intens komunikasi, teleponan setiap malam.
Suatu hari, Jono apel ke rumah Surti dan menyatakan perasaannya, akhirnya mereka jadian. Jono termasuk tipikal laki-laki yang Surti cari. Orangnya kalem, baik, dan sikapnya juga lembut.
“Kalau wajah mah kagak ada ganteng-gantengnya,” guyon Surti. Disyukuri saja, semakin ganteng lelaki semakin enggak bisa dipercaya.
Surti sosoknya biasa saja. Kelebihannya hanya bodi seksi dan kulit putih, lumayan menariklah jika dipandang secara kasat mata. Kata Surti, ada yang bikin dia illfeel (hilang rasa-red) selama berpacaran dengan Jono, yakni mempunyai sifat pelit dan perhitungan. “Selama pacaran dia enggak pernah traktir saya makan tuh,” keluhnya. Buset dah, hemat amat ya!
Beruntung, Surti waktu itu mengerti dengan kondisi Jono yang beralasan masih pengangguran, belum mempunyai penghasilan. Jadilah Jono berkarakter kere cap jahe. Selama menganggur, pendapatan Jono hanya mengandalkan dari hasil menjadi buruh bersih-bersih kebun tetangga, serta memanggul padi setiap musim panen tiba. Kendati begitu, Surti tidak ragu untuk memilih Jono menjadi pasangan hidupnya meski menikah tanpa modal.
“Cuma makan-makan bareng tetangga, itu juga uangnya dari orangtua,” tukasnya. Enggak apa-apa yang penting maknanya.
Mereka pun akhirnya menikah dan hidup bahagia. Mengawali rumah tangga, keduanya sementara tinggal di rumah keluarga Surti. Meski begitu, keduanya sangat menikmati indahnya menjadi suami istri. “Soalnya, Jono kalau sudah di atas ranjang ternyata beda, lebih agresif,” beber Surti cengengesan.
Tiga bulan berumah tangga, Jono bekerja menggarap sawah milik salah satu orang terpandang di kampungnya. Meski upahnya rendah, pekerjaan itu dilakoni Jono dengan sungguh-sungguh.
Singkat cerita, keduanya dikaruniai anak dan menjerit soal kesulitan ekonomi. Kondisi itu memaksa Jono mengikuti ajakan temannya bekerja di Jakarta mencari peruntungan di sana. Dengan iming-iming upah selangit, Jono akhirnya pergi meninggalkan profesi lamanya dan pergi ke ibukota menjadi karyawan di toko otomotif.
Setahun kemudian, kehidupan rumah tangga Surti berubah. Ekonomi mereka meningkat meski Surti harus ketemu suami hanya seminggu sekali. “Alhamdulillah bisa bantu keluarga juga beli beras,” ucapnya. Syukur deh.
Empat tahun kemudian, Surti dan Jono mampu membeli rumah. Kehidupan mereka semakin sempurna setelah lahir anak kedua. Namun, semakin tinggi derajat semakin besar pula rintangan yang akan dihadapi. Suatu waktu, Surti kedatangan tetangganya yang hendak meminjam uang. Surti tidak memberikan pinjaman dengan alasan uang yang dipegangnya saat itu tidak sampai segitu. “Minjemnya Rp5 juta, saya memang lagi enggak punya uang segitu,” tegasnya.
Seminggu kemudian, tetangganya itu kembali mendatangi Surti, bukan untuk meminjam uang, melainkan menghasut Surti tentang suaminya. Tetangganya bercerita jika kehidupan Jakarta keras dan banyaknya kasus perselingkuhan. Surti juga ditanya-tanya soal pekerjaan suaminya. “Dia nanya suami saya kerja apa, pulang jam berapa, ngapain aja pulang kerja, kan saya jadi kesel,” kesalnya.
Lama-lama, isu tak sedap mulai disebarkan tetangganya itu tentang kelakuan negatif Jono di Jakarta yang membuat Surti mulai gelisah, susah tidur, tidak enak makan, dan sering melamun. Apalagi, sejak tetangganya cerita itu, sudah sebulan Jono tidak pulang.
“Katanya sih dia ada kerjaan borongan gitu. Tapi, saya sih percaya sama suami. Dia enggak mungkin macem-macemlah,” cetusnya. Sudah percaya aja, Mbak. Jangan mikir yang bukan-bukan, positive thinking saja. Yassalam. (mg06/zai/ira)








