SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian (BWSC3), Kementerian PUPR, mengungkap penyebab air Sungai Ciujung menghitam dan bau beberapa bulan terakhir.
Kepala BBWSC3, I Ketut Jayada, mengungkapkan jika menghitamnya air Sungai Ciujung lantaran menyusutnya debit air sungai akibat kemarau sebagai dampak El Nino.
“Ciujung itu saat ini debitnya 3,7 kubik per detik, jadi sangat kecil karena di posisi normal debitnya 700 kubik per detik sekarang tinggal 3,7,” katanya saat menyalurkan bantuan air bersih untuk masyarakat di Kecamatan Petir, Selasa, 12 September 2023.
Menurutnya, dengan pasokan air dari hulu yang sedikit akhirnya tidak mampu mengencerkan kualitas air yang buruk di Sungai Ciujung.
“Kaitannya dengan Sungai Ciujung karena debit yang kecil dari hulu itu tentu tidak bisa mem-plasing namanya, yaitu mengencerkan kualitas air yang jelek ya,” jelasnya.
Menurutnya, apabila debit air besar seperti saat musim penghujan, maka limbah yang ada di Ciujung dapat menjadi encer sehingga tidak terlalu terlihat.
“Tapi kalau umpamanya musim hujan kan dengan besar begitu, limbah yang ada itu akan menjadi encer, tapi kalau suplai dari hulu tidak ada, sehingga konsentrasinya menjadi pekat, sehingga itu yang menyebabkan hitam atau bau,” jelasnya.
“Limbah yang ada di air tidak terurai karena tidak ada imbuhan dari atas. Kalau umpama sungai besar airnya, dia jadi encer, tidak terlalu pekat,” imbuhnya.
Karena konsentrasi limbah yang begitu tinggi tersebut, akhirnya membuat ikan-ikan di Ciujung mati.
“Efek ikan yang mati karena intinya air dari hulu kecil, di musim kemarau itu airnya dari hulu sangat surut sekali,” terangnya.
Saat ditanya mengenai pembuangan limbah ke sungai, pihaknya enggan berkomentar karena masuk pada ranah Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
“Kami enggak tau, tidak bisa komen seperti itu karena kewenangan dari DLH,” tegasnya. (*)
Reporter: Ahmad Rizal Ramdhani
Editor: Agus Priwandono