SERANG, RADARBANTEN.CO.ID – Kepala Kantor OJK Jabodebek dan Provinsi Banten Roberto Akyuwen mengungkapkan, daya beli masyarakat yang menurun sudah menjadi fenomena global. Hal itu bukan hanya terjadi di Banten, tapi juga nasional, bahkan di DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Kata Roberto, hal itu mengakibatkan penurunan harga-harga atau deflasi. “Hal ini tentu saja menjadi faktor negatif bagi pertumbuhan ekonomi,” ujar Roberto usai kegiatan Economic Outlook 2025 yang diselenggarakan Pokja Ekbispar Provinsi Banten di Hotel Aston Serang, Jumat 18 Oktober 2024.
Untuk itu, Roberto berharap berbagai stakeholder terkait, baik itu pemerintah, Bank Indonesia, OJK, maupun dunia usaha perlu melakukan langkah-langkah untuk dapat membangkitkan ekonomi.
“Pemerintah beserta semua lembaga yang terkait tentu saja melalui berbagai kebijakan yang ada bisa memberikan intensif atau stimulus atau bentuk-bentuk lainnya. Sedangkan dari dunia usaha ini tentu saja harus menggiatkan aktivitasnya untuk terus meningkat, baik lapangan kerja maupun produksi yang bisa menghasilkan pendapatan bagi masyarakat.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Banten Ameriza M Moesa tetap membangun optimisme. Ekonomi Banten tahun ini relatif flat atau lebih baik daripada provinsi lain.
Ameriza mengatakan, terjadi deflasi pada bulan September ini memang rekor tertinggi yakni 2,03 persen. Meskipun begitu, deflasi itu tak ada hubungannya dengan penurunan daya beli masyarakat.
“Secara teori, penurunan daya beli masayarakat tercermin bukan di inflasi pangan. Kalau inflasi pangan tidak buru-buru menyimpulka. Sekarang produksi bagus dan melimpah, harga terkoreksi. Inflasi turun itu kami duga lebih pada koreksi harga pangan. Cabai bagus, bawang bagus. Akhir tahun biasanya permintaan naik, dan panennya menurun,” terangnya.
Editor: Mastur Huda