PANDEGLANG, RADARBANTEN.CO.ID – Psikolog Perempuan dan Anak Kabupaten Pandeglang, Rika Kartikasari, mengingatkan pentingnya kewaspadaan sekolah terhadap tanda-tanda perundungan (bullying) pada siswa.
Ia menekankan keberadaan psikolog di lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan untuk memahami perilaku anak secara mendalam sekaligus mendeteksi potensi pelaku maupun korban bullying.
“Psikolog di lingkungan pendidikan itu sangat penting, karena psikologi mempelajari tingkah laku manusia dan proses mental di baliknya. Ketika perilaku muncul, psikolog memahami proses mental yang mendasarinya,” ungkapnya, Selasa 25 November 2025.
Menurut Rika, tindakan bullying dapat dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari kondisi kesehatan mental anak hingga lingkungan sosial yang tidak kondusif. Karena itu, psikolog berperan menilai apakah siswa membutuhkan pendampingan atau penanganan khusus.
“Bullying bisa saja hasil dari kondisi kesehatan mental yang kurang baik. Tapi pencegahannya tidak bisa hanya dilakukan psikolog. Guru, orang tua, dan lingkungan sekolah punya peran besar,” jelasnya.
Rika mengatakan pendampingan psikolog bertujuan memahami karakteristik psikologis siswa. Setiap jenjang pendidikan, mulai SD hingga SMA, memiliki karakter dan potensi kenakalan berbeda, sehingga pendekatan penanganannya harus disesuaikan.
“Pendampingan itu bukan hanya untuk guru atau orang tua. Siswa tetap harus didampingi. Tidak cukup dengan edukasi saja, tapi juga penanganan langsung terhadap korban maupun terduga pelaku bullying,” tuturnya.
Ia menyebut sejumlah tanda korban bullying dapat dilihat dari perubahan sikap, misalnya siswa yang biasanya ceria menjadi lebih murung atau tertutup. Sementara calon pelaku cenderung menunjukkan perilaku verbal yang kasar atau suka meledek teman.
“Sekarang kategori bullying itu banyak. Yang paling nampak biasanya verbal. Kalau anak sudah sering meledek dan sulit mengontrol ucapan, itu potensi pelaku atau mungkin sudah pernah melakukan bullying,” ucapnya.
Untuk mendeteksi kondisi siswa, psikolog biasanya menggunakan metode observasi. Cara ini membantu melihat perilaku anak secara langsung, baik yang disadari maupun tidak disadari siswa.
“Observasi itu data yang sangat kuat. Dari sana bisa terlihat perilaku tidak diinginkan, perilaku terencana maupun tidak terencana,” tegasnya.
Selain pendampingan psikolog, Rika mendorong sekolah menerapkan program konseling teman sebaya. Menurutnya, banyak siswa korban bullying lebih nyaman bercerita kepada teman sebaya dibanding guru atau orang tua.
“Kadang anak-anak korban bullying tidak selalu mau cerita ke guru atau orang tua, entah karena takut atau malu. Mereka lebih sering cerita ke teman sebayanya,” katanya.
Rika menyampaikan bahwa ia telah banyak memberikan pelatihan kepada siswa SMA untuk menjadi pendamping sebaya. Program ini dinilai efektif membantu mendeteksi kasus bullying sejak dini sekaligus menyediakan ruang aman bagi siswa untuk bercerita.
Dengan penguatan peran psikolog dan komunitas sekolah, Rika berharap kasus perundungan di Pandeglang dapat ditekan sehingga sekolah menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi seluruh siswa.
Editor: Mastur Huda











