SERANG – Inflasi yang terjadi pada Mei 2014 ini, lebih dominan push factor-nya adalah musiman. Indonesia mengenal momen-momen di mana secara psikologis harga komoditas akan bernajak naik.
Demikian pernyataan Pengamat Ekonomi dari Untirta Serang Dahnil Anzar kepada radarbanten.com saat diminta tanggapannya soal angka inflasi yang dirilis oleh BPS Banten, Senin (2/6) sore.
“Biasa menjelang Ramadan dan momen tertentu, itu mendorong naiknya harga kebutuhan pokok. Menurut saya ini hanya effect musiman saja, tidak sepenuhnya soal supply and demands,” jelas Dahnil melalui saluran telepon.
Dahnil mengatakan sebetulnya angka inflasi yang ada sekarang merupakan awal saja. Dahnil memperkirakan pergerakan angka inflasi masih akan terjadi hingga mencapai puncaknya menjelang Lebaran.
“Ini ada persoalan moral hazard di kalangan distributor yang selalu memanfaatkan momen seperti sekarang ini,” ujarnya.
Dahnil juga khawatir naiknya inflasi musiman ini juga akan mendorong harga kebutuhan pokok membentuk keseimbangan baru. “Mungkin sih nanti setelah lebaran harga akan kembali turun, tapi sejatinya tidak kembali ke harga semula, melainkan membentuk harga keseimbangan baru,” jelasnya.
Dahnil menyebut inflasi musiman ini sebetulnya bisa lebih ditekan bila pemerintah daerah lebih memberdayakan Tim Pengendali Inflasi Daerah yang dikoordinir Bank Indonesia. “Tapi memang sejauh ini belum difungsikan maksimal,” ujarnya.
Memang dalam jangka panjang, kata Dahnil, menekan inflasi musiman itu harus dimulai dengan mengelola faktor fundamental yang membentuk keseimbangan harga di pasar. “Ya itu infrastruktur dan juga yang penting adalah menekan aksi distributor dan pedagang, sehingga tidak selalu memanfaatkan momentum,” jelasnya. (Krisna Widi Aria)***