Dampak Kebijakan Libur Dua Pekan
Kebijakan pemerintah meliburkan sekolah selama dua pekan langsung berdampak. Ada objek pantai yang ramai dikunjungi warga ada juga yang sepi.
—
Pantauan Radar Banten di pantai Anyar-Cinangka, Kabupaten Serang, masih banyak warga yang datang untuk menikmati laut. Mereka datang dari berbagai daerah.
Di Pantai Pasir Putih Landai Tanpa Karang di Desa Kamasan, Kacamatan Cinangka, sejak Minggu (15/3) hingga Selasa (17/3), ada ratusan pengunjung yang berlibur. Pengelola Pantai Pasir Putih Landai Tanpa Karang Asep Saepi mengatakan, pada Minggu (15/3), pihaknya mencatat ada 300 pengunjung yang datang. Lalu pada Senin (16/3) ada 150 pengunjung. “Kalau hari ini (kemarin-red) ada sekitar 100 pengunjung,” katanya, Selasa (17/3).
Asep mengatakan, pengunjung berasal dari berbagai wilayah. Bahkan, ada yang berasal dari wilayah Jawa Barat. “Ada yang dari Depok, Bogor, Bekasi,” ujarnya. Depok, merupakan kota pertama di Indonesia yang warganya positif corona.
Asep tidak menampik kunjungan wisatawan itu lantaran kebijakan diliburkan sekolah. Oleh karena itu, meskipun hari kerja kunjungan wisatawan terbilang ramai. “Alhamdulillah ada saja, sekolah kan diliburkan, akhirnya liburan,” ucapnya.
Meski demikian, pihaknya mencatat ada beberapa wisatawan yang membatalkan kunjungan wisatanya. Oleh karena itu, pihaknya berharap tidak ada kebijakan dari pemerintah untuk menutup tempat wisata di Anyar-Cinangka.
Hal berbeda di Pantai Carita, Kabupaten Pandeglang. Objek wisata Pantai Carita mulai dari kawasan Lagundi, Lippo, Pasir Putih, hingga Pantai Caringin, Kecamatan Labuan, sepi pengunjung.
Pantauan Radar Banten di Pantai Carita, Selasa (17/3), hanya ada beberapa warga setempat yang beraktivitas. Seperti pedagang jajanan dan pengelola pantai. Seorang pedagang di Pantai Pasir Putih Carita, Aam mengaku, sepinya pengunjung membuat omzet pedagang merosot tajam. “Enggak bisa diandalkan jualan di pantai saat ini, belum pulih akibat tsunami. Ditambah ada corona yang membuat makin sepi pengunjung,” katanya.
Sementara Bagian Advokasi Program Balawista Provinsi Banten, Ahmad Jarwadi mengaku banyak pengelola wisata Pantai Carita mengeluhkan sepinya pengunjung. “Di semua objek kondisinya sepi,” katanya.
Jarwadi berharap, kondisi dan situasi masyarakat Pandeglang segera pulih dan bebas dari ancaman virus corona. “Sehingga semua aktivitas kembali normal dan ekonomi masyarakat stabil,” harapnya.
HOTEL
Sementara itu, kunjungan wisatawan ke hotel Anyar-Cinangka juga merosot. Pengusaha hotel menganggap wabah corona menjadi bencana ketiga yang menerjang objek wisata perhotelan di Banten setelah tsunami dan gempa. “Kondisi kita masih sepi, menanjaknya (okupansi hotel-red) sangat pelan,” kata General Manajer Hotel Hawai, Kecamatan Cinangka, Norman.
Norman mengatakan, setelah tsunami kunjungan hotel di Anyar-Cinangka anjlok. Setelah itu mulai ada geliat namun anjlok kembali saat ada gempa di Lebak. “Sekarang ditambah lagi ada virus corona, jadi kalau kita bilang ini bencana three in one,” ujarnya.
Ia menjelaskan, wisatawan Anyar-Cinangka kebanyakan wisatawan domestik yang berasal dari Jakarta, Bogor, Depok, dan sekitarnya. “Padahal kalau berbicara corona, pantai itu tempat yang aman, karena tidak akan berkembang biak di tempat panas terik matahari,” ucapnya.
Saat ini, kata dia, para pengusaha hotel masih tertatih-tatih untuk membiayai kebutuhan operasional. Bahkan, sebagian pegawai ada yang dirumahkan. “Jadi memang wabah corona ini sangat berimbas ke kita,” pungkasnya.
Dihubungi terpisah, Ketua PHRI Banten Achmad Sari Alam mengatakan, sejak 1-14 Maret, okupansi atau tingkat hunian hotel mengalami penurunan di bawah 35 persen. “Okupansinya hanya 25-35 persen,” katanya.
Ia mengungkapkan, bukan hanya di Banten, okupansi secara nasional di bawah 50 persen. Hal ini menunjukan sektor hotel mengalami kesulitan cashflow dan kerugian. Terjadi penurunan okupansi yang tajam sejak dikeluarkan nota dinas dari beberapa kementerian dan lembaga yang memberikan instruksi untuk tidak mengadakan rapat atau acara yang mengumpulkan orang banyak.
Menurutnya, kondisi cashflow sektor hotel semakin menyusut sehingga kemampuan untuk membayar kewajiban kepada perbankan, pajak, iuran BPJS Ketenagakerjaan, iuran BPJS Kesehatan dan biaya operasional seperti gaji karyawan, penyuplai bahan baku, listrik, air, telepon dan lain-lain menjadi melemah. “Dengan kemungkinan gagal bayar bila pemerintah tidak melakukan kebijakan untuk mengantisipasinya,” katanya.
Ia mengungkapkan, saat ini menajemen hotel mulai membicarakan kemungkinan terburuk kepada karyawan untuk mengurangi biaya tenaga kerja yaitu dengan mengatur giliran kerja atau merumahkan sebagian karyawan, mengurangi jam kerja, menghentikan pekerja harian serta kemungkinan pembayaran THR yang tidak utuh.
Ia menjelaskan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif agar dapat mengalokasikan dana promosi pariwisata dan lain-lainnya untuk fokus dalam membantu usaha hotel dan restoran serta usaha pariwisata. “Misalnya memberikan disinfektan gratis kepada seluruh tempat usaha pariwisata, khususnya hotel dan restoran. Memberikan bantuan alat pengukur suhu tubuh pada hotel dan restoran. Dan hal lain yang dirasa dapat dijadikan program untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen dan membantu usaha pariwisata dalam situasi wabah Covid-19,” katanya. (jek-her-skn/ags)