SERANG,RADARBANTEN.CO.ID- Institut Pertanian Bogor (IPB) menggandeng sebanyak 331 petani asal Desa Kubang Baros, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang untuk melakukan pengembangan ekosistem biomassa melalui program Hutan Tanaman Energi (HTE).
Ke-330 petani tersebut masuk dalam 16 Kelompok Tani Hutan (KTH) dan menggarap lahan seluas 275 hektare untuk ditanami pohon Kaliandra dan Gamal dan menjadi pilot project pengembangan biomassa di Banten.
Kepala Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) IPB Universiry, Meika Syahbana Rusli mengatakan, pada dasarkan semua jenis tanaman bisa menjadi bahan baku untuk pasokan energi biomassa untuk cofiring batu bara di PLTU. Karena, dari kayu yang ditebang dan akan dimanfaatkan kayunya, biasanya ada ranting dan cabang yang tidak dimanfaatkan.
“Kalau limbah kayu sebenarnya kalau kita panen sengon, panen meranti, panen yang lain, bagian yang cabang-cabang, ranting-rantingnya itu bisa kita gunakan sebagai biomasa juga. Jadi pada dasarnya semua kayu itu bisa menjadi bahan bakar biomasa, cuman kalau yang besarnya,” katanya saat ditemui di Cinangka Jumat 29 November 2024.
Namun untuk menciptakan ekosistem biomassa, ada dua jenis tanaman yang sangat cocok untuk dibudidayakan, yakni Kaliandra dan Gamal. Pasalnya dua jenis tanaman ini sangat mudah untuk tumbuh di lahan kering dan bisa dikembangkan dengan sistem tumpang sari.
“Jadi kita sisipkan tanaman kaliandra dengan gamal, karena tanaman ini bisa tumpang sari dengan tanaman apa saja, macam-macam. Jadi dibudidayakan di lahan kering, tidak menuntut irigasi. Tanaman Gamal bahkan bisa mengikat nitrogen sehingga bisa menyuburkan tanah,” ujarnya.
Selain itu, dua jenis tanaman ini memiliki masa panen yang relatif cepat yakni satu tahun. “Jadi setahun kita tanam ini kita akan panen tahun depan, dan seterusnya akan kita panen lagi setiap tahun, karena kita panen di pangkas, dia akan tumbuh lagi dan dalam setahun lagi dia akan kita bisa panen,” ujarnya.
Ia mengaku, berdasarkan hasil study yang dilakukan, per 10 juta ton biomasa yang digunakan, ada sebanyak 10,2 juta ton CO2 yang bisa dikurangi.
“Pengurangan emisinya sebetulnya net zero, karena menurut perhitungan PLN, 10 juta ton biomasa yang akan bisa digunakan, maka juga akan bisa 10,2 juta ton CO2 yang bisa dikurangi emisinya. Jadi karena diserap, ketika dia tumbuh diserap itu udah tidak di udara, jadi itu lumayan signifikan,” ujarnya.
Ia mengatakan, di Kecamatan Cinangka ada seluas 275 hektar lahan yang digunakan untuk ekosistem biomassa. “Yang program ini kita sekarang ada 270 hektare, ditambah ada sebagai percontohan sebesar 5 hektare, jadi total 275 hektare seluruhnya kita kembangkan di Cinangka,” ujarnya.
Manajer UPP IP PLTU Labuan, Wisnu Kurniawan mengatakan, saat ini energi biomasa yang digunakan oleh PLTU labuan baru sebatas pemanfaatan limbah-limbah. Diharapkan, dengan adanya pelaksanaan program ekosistem biomassa atau HTE bisa menyuplai biomassa secara berkelanjutan.
“Tentu saja kita menginginkan biomasa yang berkelanjutan sehingga memprakarsai adanya tanaman energi. Inilah biomasa yang akan berkelanjutan. Tadi jargonnya sekali menanam akan panen selamanya,” ujarnya.
Ia mengatakan, program HTE diyakini akan dapat memberikan penghasilan tambahan bagi para petani hutan yang ada di Kecamatan Cinangka. “Manfaat yang dihasilkan bagi masyarakat adalah peningkatan pendapatan yang dihasilkan dari penjualan hasil panen tanaman eksisting dan hasil panen tanaman energi dengan nilai Rp. 300.000 per ton,” pungkasnya.
Selain itu, ekonomi tambahan yang didapatkan bagi petani adalah pemanfaatan daun tanaman energi sebagai pakan ternak dan kompos dari kotoran ternak.
Reporter: Ahmad Rizal Ramdhani
Editor: Aditya